Kamis, 14 Juli 2011

PEMBUATAN RUMPON

I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sektor perikanan dan kelautan di Indonesia, khususnya subsektor perikanan merupakan salah satu subsektor ekonomi kiemasyarakatan yang cukup berperan dalam pengembangan ekonomi nasional serta mampu menyerap tenaga kerja. Subsektor perikanan terdiri dari bebarapa kegiatan ekonomi, yaitu penangkapan ikan di laut, budidaya perikanan (laut, tambak dan air tawar), pengolahan hasil perikanan dan pemasaran. Disamping itu kegiatan perikanan menyebabkan tumbuh kembangnya berbagai industri penunjang kegiatan pokok, seperti industri jarring, industri kapal penangkap ikan modern dan kapal penangkap ikan tradisional, pabrik pakan ikan dan lain sebagainya
Perikanan merupakan semua kegiatan yang berkaitan dengan ikan, termasuk memproduksi ikan, baik melalui penangkapan (perikanan tangkap) maupun budidaya dan atau mengolahnya untuk memenuhi kebutuhan manusia akan pangan sebagai sumber protein dan non pangan (pariwisata, ikan hias, dan lain-lain). Ruang lingkup kegiatan usaha perikanan tidak hanya memproduksi ikan saja (on farm), tetapi juga mencakup kegiatan off farm, seperti pengadaan sarana dan prasarana produksi, pengolahan, pemasaran, pemodalan, riset dan pengembangan, perundang-undangan, serta faktor usaha pendukung lainnya.
Penangkapan ikan adalah kegiatan untuk memperoleh ikan di perairan yang tidak dalam keadaan dibudidayakan dengan alat atau cara apa pun, termasuk kegiatan yang menggunakan kapal untuk memuat, mengangkut, menyimpan, mendinginkan, menangani, mengolah, dan/ atau mengawetkannya. (UU tentang Perikanan, tahun 2004).
Penangkapan bisa di kaitkan dengan kegiatan memproduksi ikan dengan menangkap (capture) dari perairan di daratan (inland capture) seperti sungai, danau, waduk dan rawa, serta perairan laut (marine capture) seperti perairan pantai dan laut lepas. Biasanya dalam penangkapan jenis ikan tertentu di bantu dengan mengunakan rumpon.

Pemanfaatan sumberdaya perikanan dari waktu ke waktu terus mengalami peningkatan, mengikuti permintaan yang cenderung terus bertambah, baik jumlah maupun jenisnya. Meningkatnya upaya sumberdaya perikanan mendorong berkembangnya teknik dan taktik penangkapan (fishing technique and fishing tactics) untuk dapat memproduksi secara lebih efektif dan efisien.
Berhasil tidaknya suatu alat tangkap dalam operasi penangkapan sangatlah tergantung pada bagaimana mendapatkan daerah penangkapan yang baik, potensi perikanan yang ada dan bagaimana operasi penangkapan dilakukan. Beberapa cara dapat dilakukan dalam upaya optimalisasi hasil tangkapan diantaranya dengan menggunakan alat bantu penangkapan. Macam-macam alat bantu penangkapan yang umum digunakan dalam operasi penangkapan ikan di Indonesia diantaranya dengan menggunakan rumpon (FAD) dan cahaya lampu (Light Fishing).
Secara alami tanda-tanda fisik daerah penangkapan ikan (Fishing ground) berdasarkan pengalaman nelayan, yang catchable area diantaranya ditandai oleh :Warna perairan lebih gelap dibandingkan perairan sekitarnya ; Ada banyak burung beterbangan dan menukik-nukik ke permukaan air ; Banyak buih di permukaan air ; dan Umumnya jenis ikan ini bergerombol di sekitar batang-batang kayu yang hanyut di perairan atau bersama dengan ikan yang berukuran besar seperti paus. Dengan adanya rumpon dan penggunaan cahaya lampu disuatu perairan maka daerah penangkapan ikan dapat dibentuk, sehingga nelayan dan unit kapal penangkap ikan tidak tergantung lagi dengan tanda-tanda fisik daerah penangkapan ikan yang bergantung pada kondisi lingkungan alami perairan. Oleh karena itu dengan penggunaan rumpon (FAD) dan light fishing dapat dikatakan sebagai pembentuk daerah penangkapan ikan buatan (Artificial fishing ground) .
1.2 Tujuan Kegiatan Praktek
Adapun tujuan dari pembuatan rumpon ini, yaitu ;
1. Menambah Ilmu dan wawasan yang dapat di terima
2. Memperoleh pengalaman pembuatan rumpon
3. Mengaplikasiksan ilmu pengetahuan dan keterampilan yang di peroleh selama kuliah.


II. PEMBAHASAN
2.1 Tinjauan Pustaka
2.1.1 Defenisi Daerah Penagkapan Ikan / Fishing ground
Daerah penangkapan ikan / Fishing ground merupakan suatu daerah perairan yang cocok untuk sarana penangkapan ikan, atau suatu daerah perairan dimana terdapat sumberdaya ikan dan alat tangkap dapat dioperasikan didaerah tersebut. Dalam usaha penangkapan ikan, mengenal daerah penangkapan merupakan hal yang mutlak. Mengoperasikan alat tangkap di suatu daerah penangkapan tanpa mengetahui sifat dan keadaan perairannya akan merupakan suatu usaha yang sia-sia, dengan resiko tidak mendapatkan ikan atau jaring akan tersangkut pada batu atau karang.
2.1.2 Defenisi Rumpon
Rumpon merupakan salah satu teknologi yang mengumpulkan ikan pada suatu daerah perairan tertentu dengan menyuburkan perairan itu, sebagai mudah dilakukan penangkapan ikan yang di maksud. Rumpon juga bisa di kaitkan sebagai rumah ikan yang di mana bisa di jadikan tempat berlindung, tempat mencari makan, dan juga tempat memijah bagi jenis-jenis ikan tertentu.
Fungsi dari rumpon itu sendiri, yaitu ;
1. Sebagai naungan terhadap arus yang kuat
2. Lindungan terhadap pemangsaan
3. Substrat tempat menempel berbagai biota
4. Sumber makanan / rantai makanan
5. Tempat asuhan / pemijahan
6. Titik area mangsa bagi ikan pelagis
Tujuan dari pembuatan rumpon ini sendiri, yaitu :
1. Meningkatkan hasil tangkapan
2. Mengurangi biaya oprasional
3. Meminimalkan biaya oprasional


2.1.3 Syarat rumpon
Persyaratan jarak antar rumpon dapat dilihat pada Kepmentan Nomor 51/KPTS/IK.250/1/1997 tentang pemasangan dan pemanfaatan rumpon yaitu pada pasal 7 ayat b : Pemasangan rumpon di perairan dalam dengan syarat-syarat tidak boleh dipasang dengan jarak pemasangan antara rumpon satu dengan rumpon lain kurang dari 10 (sepuluh) mil laut; dan ayat e :pemasangan rumpon tidak boleh dengan jarak kurang dari 12 mil laut diukur dari garis pasang surut terendah pada waktu air surut dari setiap pulau; atau pada ayat f : rumpon tidak boleh dipasang dengan cara pemasangan yang mengakibatkan efek pagar (zig-zag) yang mengancam kelestarian jenis ikan pelagis.

2.2 Metoda Pelaksanaan
2.2.1 Waktu dan tempat
Dalam pembuatan rumpon ini, di lakukan pada hari selasa, tanggal 7 Juni 2011. Berlokasi di Kantor Dinas Peternakan dan Perikanan Cianjur yang terletak di Kp.Cikidang bayangbang Jangari di lingkungan Perairan Umumum Waduk Cirata Cianjur.
2.2.2 Persiapan Alat dan Bahan
A. Alat yang di gunakan, yaitu :
• Bulpoin / pensil
• gergaji,
• kampak,
• meteran,
• palu,
B. Bahan yang di gunakan yaitu :
• Bambu,
• bendera,
• kaso / papan,
• paku,
• pelepah daun kelapa,
• pemberat,
4
• tali injuk,
• tali tambang,
2.2.3 Cara Kerja
• Proses penyeleksian ambu
• Proses pengukuran bambu
• Proses Pemotongan bambu
• Proses pengrakitan rumpon
• Proses pemasangan tiang tanda dan bendera
• Proses pemindahan rakit dari tempat pembuatan ke lokasi pelepasan
• Proses penentuan lokasi daerah penangkapan ikan / Fishing ground
• Proses penurunan rakit
• Proses pemasangan jangkar utama
• Proses pemasangan pelepah kelapa
• Proses pemasangan dan penurunan pemberat
• Proses pelepasan rumpon

2.3 Hasil Pratikum
2.3.1 Tahap 1
a) Proses penyeleksian bambu
Dalam pembuatan rumpon, bambu yang di gunakan harus yang umurnya tua, dikarenakan agar nanti sudah menjadi rumpon. Di perkirakan bambu tersebut cepat membusuk dan bisa tahan lama, selain itu juga bambu yang di pilih harus di lihat dari ukuran diameternya juga relatif harus sama agar nanti saat sudah menjadi rumpon keadaan rumpon di atas permukaan perairan menjadi seimbang. Bambu yang digunakan untuk pembuatan rumpon ini, yaitu sebanyak 5 buah bambu.







Gamabar 1 dan 2. Proses penyeleksian bambu
b) Pengukuran bambu
Bambu yang sudah di pilih, kemudian di ukur dengan menggunakan meteran dan kemudian di tandai / di beri garis dengan bulpoin / gergaji agar nanti saat pemotongan ukuranya sama.Ukuran dari panjang bambu tersebut sekitar 2,40 m dan lebar rakit itu sendiri sekitar 45 cm







Gamabar 3. Proses pengukuran bambu
c) Proses pemotongan bambu
Bambu yang sudah di ukur dan di tandai / di beri garis, kemudian di potong dengan menggunakan gergaji. Setelah itu pada bagian ujung-ujung dari bambu tersebut di potong sebagian / di beri celah, hal ini di lakukan di karenakan untuk memperkokoh bagian rakit yang di perkuat dengan kaso {papan) yang nantinya menjadi sebuah rumpon bisa tahan dan tidak mudah hancur / terlepas dari derasnya terpaan arus dan gelombang di perairan waduk Cirata







Gambar 5.Pemotongan pada ujung bambu.

Gambar 4. Proses pemotongan bambu.
2.3.2 Tahap 2
a) Proses pengrakitan rumpon
Setelah kegiatan proses penyeleksian, pengukuran, dan pemotongan bambu selesai, kemudian di lanjutkan dengan pengrakitan. Tahapan pertama dalam pengrakitan rumpon, yaitu merapikan bambu-bambu yang akan dirakit, kemudian di lanjutakan dengan pemasangan kaso (papan) pada kedua bagian ujung dari bambu tersebut supaya ukuran panjangnya sama dan rapi. Apabila bagian kaso (papan) terlalu panjang, maka sabaiknya di potong dengan menggunakan gergaji. Kemudian di setiap bilahan bambu yang sudah terpasang di perkuat dengan menggunakan paku dan tali injuk.









Gambar 6. Proses pengrapihan bambu. Gambar 7. Poses pemasukan kaso (papan)
Pada ke 2 ujung bambu.







Gambar 8. Proses pemakuan pada rakit Gambar 9. Proses Pemakuan pada rakit
pada ujung bambu pertama. Pada ujung bambu ke dua.







Gambar 10. Poses pemotongan kaso
(papan) yang terlalu panjang pada
ujung bambu pertama . Gambar 11. Proses pemotongan kaso (papan)
yang terlalu panjang pada ujung bambu ke dua.
8
b) Proses pemasangan tiang tanda dan bendera
Setelah rakit sudah jadi, kemudian di lanjutkan dengan proses pembuatan tiang tanda pada rakit tersebut. Penetapan posisi tiang tanda di fokuskan pada bagian tengah dari rakit. Tiang rakit di sambungkan dengan kaso (papan) yang sudah di patenkan / di perkuat dengan paku dan di beri tali tambang, yang di mana tali tersebut di ikatkan pada ke dua ujung bagian bambu. Hal ini selain berguna sebagi tanda pada rumpon itu sendiri agar tidak mudah jatuh dan juga untuk penyeimbang rakit tersebut.








Gambar 12 dan 13. Proses pemasangan tiang tanda dan bendera
2.3.3 Tahap 3
a) Proses pemindahan rakit dari tempat pembuatan ke lokasi pelepasan
Setelah proses panjang dalam pembuatan rakit selesai, kemudian rakit tersebut di pindahkan dari lokasi pembuatan di Kantor Dinas Peternakan dan Perikanan Cianjur yang berpusat di daerah Jangari ke tempat Keramba Jaring Apung (KJA) yang di mana bertempat di daerah Pasir Gede. Secara tidak langsung letak posisi Kantor Dinas Peternakan dan Perikanan Cianjur yang berpusat di daerah Jangari sangat strategis berdekatan dengan tempat mendaratnya kapal-kapal pengangkut pakan bagi ikan yang berada di waduk Cirata yang di mana untuk memenuhi kebutuhan ikan yang berada di dalam Keramba Jaring Apung (KJA). Hal ini sangat memudahkan bagi kami untuk mengangkut rumpon tersebut yang akan di masukan ke kapal dan juga tidak memerlukan tenaga yang besar.













Gambar 14 dan 15. Proses pemindahan rakit dari tempat pembuatan ke lokasi pelepasan
b) Proses penentuan lokasi daerah penagkapan ikan / Fishing ground
Lokasi yang di pilih untuk menurunkan rumpon, yaitu di sekitar titik Keramba Jaring Apung (KJA) yang di mana di perkirakan daerah tersebut sangat berpotensi adanya ikan dan aman dari terpaan angin, arus dan gelombang yang relatif besar serta aman dari jalur lintas kapal.
c) Proses penurunan rakit
Setelah selesai menentukan daerah penangkapan ikan / fishing ground, kemudian rakit di turunkan dari kapal ke lokasi daerah penangkapan ikan / Fishing ground.









Gambar 16. Proses penurunan rakit

d) Proses pemasangan jangkar utama
Jangkar yang di pasang untuk rumpon itu sendiri yaitu, menggunakan jangkar yang sudah ada pada Keramba Jaring Apung (KJA) yang di mana jangkar tersebut merupakan jangkar utama yang di gunakan sebagai pemberat, Di perkirakan kedalaman jangkar bisa mencapai 100 – 150 meter.







Gambar 17. Proses pemasangan jangkar utama.
e) Proses pemasangan pelepah kelapa
Pelepah kelapa di pasang pada seutas tali tambang yang di ikatkan pada rakit. Proses pemasangan pelepah yang pertama sebanyak 7 buah dengan jarak per 1 pelepah kelapa lainya yaitu 10 meter yang di susun secara bersilangan / jigjag dan pemasangan pelepah kelapa yang kedua sebanyak 8 buah dengan jarak yang sama yaitu 10 meter per 1 pelepah kelapa, akan tetapi pemasangan pelapah yang kedua ini di pasang dengan cara yang agak berbeda dari sebelumnya, yaitu di rangkap 2 / di double, di karenakan telah di coba seperti pemasangan yang pertama tapi pelepah kelapa tersebut mengapung ke atas permukaan air. Oleh karena itu kami selaku mahasiswa dan nelayan setempat berinisiatif untuk mengubahnya menjadi rangkap 2, agar pelepah kelapa tersebut bisa tenggelam di dalam permukaan air. Jadi pelepah kelepa yang di gunakan secara keseluruhan dalam pembuatan rumpon itu sendiri yaitu sebanyak 15 pelepah kelapa.










Gambar 18. Proses pemasangan pelepah kelapa.
f) Proses pemasangan dan penurunan pemberat
Setelah pemasangan pelepah kelepa selesai di talikan pada seutas tali tambang, kemudian ujung dari tali tambang tersebut di ikatkan pada sebuah pemberat yang sebelumnya pemberat tersebut sudah mempunyai lubang di tengahnya berupa besi yang telah di patenkan oleh bahan adukan yang terbuat dari pasir dan semen. Besi tersebut di lilitkan, kemudian di masukan pada sebuah pemberat. Kisaran bobot ukuran pemberat sekitar 5 kg yang di gunakan untuk pemberat rumpon itu sendiri sekitar 2 buah, sehingga kalou di jumlahkan seluruhnya kisaran bobot ukuran pemberat yang di gunakan 2 buah yaitu sekitar 10 kg.










Gambar 19. Proses pemasangan dan penurunan pemberat
g) Prose pelepasan rumpon
Proses pelepasan di lakukan setelah melalui beberapa tahapan proses, dari mulai proses Penyeleksian, pengukuran, pemotongan, pengrakitan, pemasangan tiang tanda / bendera, pemindahan rakit dari tempat pembuatan ke lokasi pelepasan, penentuan lokasi, pemasangan jangkar, pemasangan pelepah kelapa, dan pemasangan pemberat.













Gambar 21, 22, dan 23. Proses pelepasan rumpon

Tidak ada komentar:

Posting Komentar