Sabtu, 15 Januari 2011

KONSERVASI

Beberapa spesies kadangkala menunjukkan semakin melimpah, sebaliknya banyak spesies ikan yang mengalami penurunan jumlah populasi secara drastis, sehingga menyebabkan penurunan keanekaragaman. Oleh karena itu, akan diuraikan beberapa hal mengenai :
i) penyebab kerusakan,
ii) alasan-alasan untuk konservasi ikan sebagai sumberdaya terbaharui dan sumberdaya tak terbaharui
Penyebab kerusakan / penurunan populasi
Lingkungan akuatik relatif berubah secara konstan, tidak dipengaruhi oleh manusia. Kelimpahan spesies ikan di alam menunjukkan kondisi yang fluktuatif akibat adanya respon terhadap lingkungan. Namun, manusia seringkali memberikan tekanan-tekanan terhadap keberadaan populasi ikan di berbagai lingkungan perairan, sehingga dapat menyebabkan meningkatnya kematian populasi ikan. Beberapa hal yang menyebabkan gangguan terhadap keberadaan ikan akibat aktivitas manusia antara lain : eksploitasi, penggundulan hutan, introduksi spesies, dan pencemaran
Eksploitasi merupakan penyebab utama perubahan populasi dan komunitas ikan di perairan. Penurunan stok berbagai jenis ikan secara jelas disebabkan oleh eksploitasi yang berlebihan. Hal ini menunjukkan bahwa kita telah melampaui jumlah maksimum ikan-ikan yang dapat diambil dari perairan, namun juga dikarenakan kesalahan pengelolaan terhadap perikanan. Tanda-tanda “overfishing” biasanya terlihat pada menurunnya ukuran rata-rata ikan dan untuk mengambil ikan-ikan dalam jumlah yang sama diperlukan upaya lebih besar.
Penggundulan hutan merupakan ancaman yang serius bagi ikan dan habitatnya. Empat alasan yang mendukung pernyataan ini yaitu :
a) Banyak jenis organisme yang menggantungkan hidupnya pada bahan yang berasal dari binatang dan tumbuhan yang jatuh ke dalam air serta dari vegetasi yang menggantung di atas air baik secara langsung maupun tidak langsung. Bahan-bahan tersebut membentuk detritus yang merupakan bahan pokok rantai makanan bagi banyak invertebrata maupun ikan.
b) Berkurangnya naungan menyebabkan kenaikan suhu perairan yang berkibat menurunnya konsentrasi oksigen terlarut dalam air. Semakin tinggi suhu maka tingkat metabolisme pada ikan akan meningkat dan kebutuhan oksigen juga meningkat tetapi kemampuan haemoglobin untuk mengikat oksigen berkurang. Pengaruh ini menjadi lebih buruk karena untuk melakukan proses dekomposisi bahan organik diperlukan banyak oksigen. Sepanjang malam tumbuhan air tidak melakukan fotosintesa dan konsentrasi oksigen dapat menurun secara drastis, mungkin sampai mencapai batas minimum yang dibutuhkan oleh jenis ikan tertentu.
c) Meningkatnya kekeruhan karena endapan yang menumpuk, yang berasal dari tanah yang terhanyut dapat menyebabkan pengumpulan lumpur. Ketika air mengalir lambat maka lumpur akan terhenti dan mengendap di dasar sungai dan mendesak alga dan organisme lain serta menyebabkan pendangkalan dan penyempitan sungai.
d) Hutan terutama hutan-hutan yang tergenang air menciptakan habitat yang beragam dan bersifat heterogen yang tercermin dari keanekaragaman hayatinya.

Introduksi spesies. Pada beberapa kasus, introduksi tidak bersifat membahayakan dan pengaruhnya hanya sedikit terhadap komunitas ikan asli. Namun, menurut pengalaman yang dilakukan di seluruh dunia, introduksi seringkali bersifat sangat merugikan. Dampak yang ditimbulkan dapat berupa penurunan kualitas lingkungan, penurunan sifat-sifat genetika asli, masuknya penyakit dan parasit serta kesulitan sosial ekonomi bagi nelayan di daerah sekitarnya.
Resiko yang paling berat misalnya jenis yang diintroduksikan dapat berkembang biak dengan cepat dan bersaing dengan jenis yang sudah ada, misal introduksi ikan mujair (Oreochromis mossambica) yang kurang disukai dan bersifat predator. Pengaruh introduksi ikan-ikan di perairan Indonesia belum diteliti secara mendalam namun tampaknya berpengaruh negatif terhadap komunitas ikan asli.
Beberapa ikan asli dari danau Lindu dan danau Poso di Sulawesi Tengah diperkirakan musnah karena introduksi ikan Channa striata dan Oreochromis sp. (Whitten, et al., 1987 dalam Kottelat, et al., 1993). Kottelat et al. (1993) juga melaporkan bahwa ikan-ikan asli yang tertangkap di danau Poso selalu terdapat parasit yang menempel pada sirip-siripnya, leher atau mata dan banyak ikan-ikan yang luka ditubuhnya akibat ditumbuhi jamur. Hal ini menyebabkan penurunan ikan-ikan asli akibat adanya penyakit dan parasit yang terbawa bersama ikan introduksi.
Pencemaran. Pelepasan bahan-bahan kimia beracun ke perairan dapat menyebabkan terbunuhnya organisme secara besar-besar di perairan sungai, bahkan di danau dan estuari. Bentuk pencemaran utama di sungai dan danau adalah limbah organik yang berasal dari rumah tangga dan saluran pembuangan serta dari limbah industri.
Sumber-sumber pencemar tersebut menghasilkan air dengan keasaman rendah, membutuhkan oksigen terlarut dalam jumlah tinggi dan keruh. Banyaknya bahan organik yang harus dihancurkan menyebabkan konsentrasi oksigen terlarut akan turun secara drastis. Penurunan ini menyebabkan kematian ikan dan hanya ikan-ikan yang bernafas dengan oksigen dari udara saja yang dapat hidup.
Tidak hanya bahan organik saja yang menyebabkan pengurangan jumlah oksigen terlarut, tetapi hasil proses dekomposisi yang menghasilkan senyawa senyawa amoniak, nitrat dan fosfor juga menyebabkan pengurangan jumlah oksigen. Senyawa-senyawa tersebut terdapat secara alami di perairan dan diperlukan untuk pertumbuhan tanaman, tetapi bila jumlahnya besar akan memperkaya air secara berlebihan.
Selain bahan pencemar organik juga terdapat polutan anorganik yang merupakan hasil dari proses industri yang bersifat racun, misalnya bahan pemutih, pewarna dan logam-logam berat (misal Cd, Hg, Cr, Cu, Zn) serta penggunaan pestisida dan herbisida yang oleh petani. Beberapa logam berat berakumulasi dalam daging ikan walaupun tidak mematikan, namun apabila ikan tersebut dikonsumsi oleh ikan atau binatang lain bahkan manusia maka kadar racun dalam tubuh akan meningkat sehingga mengakibatkan kematian.
Pengelolaan dan pengamanan
Di Indonesia, banyak kawasan konservasi telah ditetapkan secara resmi karena kekayaan akan mamalia, burung atau vegetasi yang khas, tetapi belum banyak kawasan konservasi yang khusus diusulkan untuk melindungi fauna air. Oleh karena itu perlu adanya kawasan konservasi berupa danau, sungai, daerah pasang surut dan lain-lain untuk tujuan konservasi bagi kehidupan ikan.
Banyak jenis-jenis ikan yang termasuk dalam daftar merah jenis Terancam punah yang diterbitkan oleh IUCN tahun 1990 yaitu sebanyak 29 jenis ikan dari Indonesia. Dua jenis ikan diantaranya yaitu Arwana scleropages dan Balantiocheilos melanopterus merupakan sasaran perdagangan ikan nasional dan internasional.
Jenis-jenis ikan lainnya yang termasuk dalam kategori terancam punah tersebut yaitu : Barbodes belinka, B. platysoma, B. sunieri, Crossocheilus gnathopogon, C. langei, Labeo pietschmanni, Leptobarbus hosii, L. melanotaenia, Lobocheilos lehat, semua Neolissochilus, Poropuntius huguenini, P. tawarensis, Puntis aphya, P dorsimaculatus, P. microps, Rasbora baliensis, R. bunguranensis, R. chrysotaenia, R. hengeli, R. leptosoma, R. tawarensis, Schismatorhynchos heterorhynchos, semua Tor, Homaloptera ripleyi, H. vanderbilti, Nemacheilus longipinnis, Botia macracanthus, Leicassis breviceps, L. inornatus, L. moeschi, L. rugosus, L saravacensis, L. vaillanti, Kryptopterus lumholtzi, Ompok borneensis, O. weberi, Helicophagus typus, Encheloclarias tapeinopterus, Akysis macronema, semua Nomorhamphuts, Doryichthys dasyrhynchus, Phenablennius heyligeri, Redigobius amblyrhynchus, Pseudogobiopsis neglectus, Bentta rubra, B. patoti, Channa bankanensis, C. cyanospilos, dan Tetraodon waandersii (Kottelat, et al., 1993).
Beberapa langkah yang harus segera dilakukan dalam rangka konservasi ikan menurut Moyle & Cech (1988) antara lain :
a) Pendataan atau inventarisasi jenis-jenis ikan yang menjadi prioritas di beberapa lokasi konservasi. Keberhasilan pengelolaan tergantung pengetahuan mengenai jenis-jenis apa yang didapatkan di lokasi, kebutuhan habitat utama jenis-jenis ikan tersebut, dan bagaimana interaksi dengan spesies lain.
b) b) Monitoring yang kontinyu oleh para ahli untuk mengetahui status habitat, komunitas dan spesies.
c) Penelitian diperlukan untuk mengetahui bagaimana jenis-jenis ikan tersebut dapat dikelola lebih efektif .
d) Pengelolaan komunitas dan habitat ikan sebagai suatu strategi pengelolaan multispesies harus segera dilakukan. Hal ini tidak hanya dapat meningkatkan produksi total ikan tetapi sekaligus dapat digunakan untuk konservasi ikan-ikan nonsumberdaya berkaitan dengan interaksi tiap-tiap komunitas yang ada.

Senin, 10 Januari 2011

CARA MENGUKUR JARING (WEBBING)

Webbing atau jaring merupakan lembaran yang tersusun dari beberapa mata jaring yang merupakan bahan dasar untuk membuat berbagai alat Penangkapan ikan.

Menurut Supardi Ardidja (2007) Webbing adalah gabungan sejumlah mata jaring yang dijurai baik dengan cara disimpul atau tanpa simpul, dibuat dengan menggunakan mesin atau tangan, baik yang terbuat dari serat alami maupun serat buatan, juga merupakan komponen utama alat penangkap ikan. Ukuran webbing dinyatakan dengan panjang dalam satuan panjang dan kedalaman dalam satuan jumlah mata jaring.
Gambar 1. Webbing Untuk Merakit Alat Penangkapan Ikan.

Ukuran webbing terdiri dari panjang dalam. Panjang webbing dinyatakan dalam meter pada keadaan mesh tertutup (stretched mesh). Jika sistem penomoran yang digunakan adalah Rtex, panjang dinyatakan dalam meter dan jika sistem penomoran menggunakan Denier system panjang dinyatakan dalam yard. Jika menggunakan system penomoran Rtex panjangnya adalah 100 meter, bila menggunakan sistem Denier panjangnya adalah 100 yards.

Kedalaman webbing dinyatakan dalam jumlah mata pada keadaan mesh tertutup (stretched mesh) untuk semua system penomoran yang berlaku. Namun demikian ukuran webbing selalu dinyatakan dengan panjang webbing (meter) dan dalam webbing (jumlah mata jaring) maka ukuran webbing dalam setiap lembar webbing utuh disesuaikan dengan sistem penomoran yang digunakan.

Jenis webbing ditentukan oleh bagaimana mata jaring dibentuk atau disimpul, secara umum jenisnya terbagi dua, yaitu webbing yang disimpul dan yang tidak disimpul. Simpul adalah suatu ikatan pembentuk mata jaring atau suatu cara penyambungan benang atau tali. Simpul pada pembuatan webbing umumnya terdiri dari empat macam, yaitu, (1) Flat knot (reef knot, square knot), (2) Trawler knot (English knot, sheet bend, round knot), (3) Double trawl knot, (4) Special flat knot.


Gambar 2. Jenis-Jenis Simpul Pada Webbing

Adapun alat penangkapan ikan yang bahan utama lembaran webbing adalah : Fish Net, Pukat Udang, Purse Seine, Gillnet, Payang, Dogol, Pukat Hela, Pukat Pantai dan Moroami dllnya.

Mata jaring (Mesh size) adalah jalinan tali jaring yang terdiri dari 4 knot dan 4 bar. Lebar Mata Jaring (Mesh size) ditentukan dengan mengukur jarak antara 2 knot yang berjauhan pada sisi dalam mata jaring dan bahan jaring dalam keadaan basah. Pengertian lain Mesh size adalah ukuran lubang pada jaring penangkap ikan. Ukuran mata jaring minimum seringkali ditentukan dengan aturan untuk menghindari penangkapan ikan muda yang bernilai setelah mencapai ukuran optimal untuk ditangkap.


Gambar 3. Mata Jaring (Mesh size)


Menurut Supardi Ardidja (2007) Mata jaring dibentuk oleh empat buah simpul dan empat buah bar, simpul yang terletak pada arah benang disebut mesh (jika simpul diurai benang jaring tidak terputus), dan yang tegak lurus dengan arah benang disebut point (benang jaring terputus). Ukuran mata jaring (mesh size) diukur dalam keadaan mata tertutup (stretched mesh).

Ukuran mata jaring (mesh size) diukur pada saat keadaan mata jaring tertutup kencang, atau saat kedua point berimpit atau ditarik kencang secukupnya. Satuan mata jaring ditentukan oleh sistem penomoran yang digunakan. Jika siatem penomoran menggunakan tex system satuannya adalah milimeter, sedangkan jika menggunakan denier system maka satuan ukuran mata jaring adalah inci.

Bukaan Mata Jari pada saat webbing dipasangkan pada tali pelampung (float line) atau tali pemberat (sinker line) dengan rasio penggantungan tertentu maka mata jaring akan terbuka baik ke arah panjangnya maupun ke arah dalamnya. Besaran bukaan mata jaring sangat ditentukan oleh metode panangkapan ikan (bagaimana ikan ditangkap), apakah ikan harus dikurung, dijerat atau diloloskan. Selain itu juga ditentukan oleh bentuk ikan yang akan ditangkap.

Friedman (1968) menyatakan bahwa ukuran mata jaring yang akan digunakan untuk menangkap ikan tertentu ditentukan oleh setengah keliling overculumnya, sedangkan lebar bukaan mata jaring ditentukan oleh bentuk tubuh ikan (bulat atau pipih). Pipihpun terbagi dua apakah pipih arah vertikal atau pipih arah horisontal.


Gambar 4. Ukuran Mata Jaring (Mesh size) dan Ikan Tujuan Penangkapan

Keterangan :
a. Ikan tidak terjerat karena ukuran mata jaring lebih kecil dari setengah keliling overculum;
b. Ikan terjerat karena ukuran mata jaring sesuai dengan setengah keliling overculum;
c. Ikan lolos karena ukuran mata jaring lebih kecil dari setengah keliling overculum.

Benang webbing merupakan jalinan tali jaring atau benang mempunyai besaran atau diameter. Diameter benang jaring yang sering digunakan untuk membuat alat tangkap ikan berkisar 0,20 mm sampai 8 mm. Secara umum kontsruksi benang terdiri dari benang jaring yang dipintal (twisted) dan dianyam (braided). Bahan dasar pembuatan benang adalah dari serat-serat benang yang dijadikan satu menjadi single yarn, kemudian tiga single yarn dipintal menjadi netting yarn. Netting yarn adalah istilah untuk semua material tekstil yang sesuai untuk merakit alat penangkap ikan, yang mungkin secara langsung dijurai dengan mesin atau dengan tangan, tanpa perlu proses lanjutan.


Gambar 5. Benang Webbing & Konstruksi Benang Jaring dipintal (Klust, 1993)

Untuk mengukur diameter benang selain pengukuran langsung dengan alat seperti micrometer, kaca pembesar dan mikroskop, ada cara lain seperti dibawah ini dengan menggunakan jangka sorong dan menggunakan penggaris sederhana.


Gambar 6. Cara Mengukur Diameter Benang

Benang dimasukkan kedalam jangka sorong lalu lihat ukurannya atau lilitkan benang 20 kali pada pensil lalu ukur panjang lilitannya. Bila benang dililitkan 20 kali sepanjang 60 mm maka diameter benang adalah = 60/20 = 3 mm.
Keterangan :
• Titre (denier): Td = berat (g) setiap 9000 m serat dalam bentuk yarn
• Metrik number: Nm = panjang (m) setiap 1 kg serat
• English number: Nec = panjang (kelipatan dari 840 untuk katun yard) setiap pon (lb) serat
• International: Tex = berat (g) setiap 1000 m serat system

Cara pengukuran panjang mata jaring (Mesh Size) dan bukaan mata jaring dilakukan dengan berbagai cara berdasarkan surat Direktur Jenderal Perikanan Tangkap No. 1546/DPT.2/PI.320.02/IV/08 tanggal 14 April 2008 perihal Pedoman cara pengukuran panjang mata jaring (mesh size) dan bukaan mata jaring sebagai berikut :
A. Dengan Mata Jaring
1. Jaring Simpul
2. Mata Sigi Enam
3. Jaring Tanpa Simpul (Raschel Type)


Gambar 7. Cara Mengukur Mata Jaring (mesh size) Dengan Mata Jaring

Keterangan :
• Ukuran mata jaring teregang/mesh size (a) : Jarak (arah tegak) antara titik tengah dua simpul berhadapan dan mata jaring yang diregang (tertutup).
• Ukuran bukaan mata (OM) : Ukuran dalam maksimum (arah tengah) antara dua simpul yang berhadapan dari mata jaring yang direngang.
• Panjang kaki (bar) = b

B. Dengan Sepuluh Mata Jaring

Cara mengukur panjang jaring sejumlah sepuluh mata yang ditarik secara sempurna ke arah vertikal (sampai bar/kaki pembentuk mata jaring berimpit). Berdasarkan panjang jaring hasil pengukuran tersebut, kemudian dibagi dengan jumlah mata sepuluh. Hasil pembagian tersebut adalah ukuran mata jaring (mesh size) jaring dimaksud.

Contoh : Terhadap 10 mata jaring yang ditarik sempurna, setelah diukur diperoleh ukuran panjang sebesar 30 cm. Selanjutnya 30 cm dibagi dengan jumlah mata (10 buah) diperoleh hasil 3 cm.

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa ukuran mata jaring (mesh size) tersebut adalah 3 cm.

Gambar 8. Cara Mengukur Mata Jaring (mesh size) Dengan Sepuluh Mata

Pengukuran harus dilakukan pada beberapa titik / tempat yang berbeda dalam 1 (satu) bagian yang sama. Misalnya pada bagian kantong/cod-end pukat udang atau pukat ikan, panjang kantong dibagi menjadi 3 (tiga) bagian, kemudian pada masing-masing bagian dilakukan pengukuran mesh size (dengan catatan : mengabaikan ukuran ekstrimnya) pada 10 (sepuluh) titik yang berbeda. Hasil masing-masing pengukuran tersebut kemudian ditentukan nilai rata-ratanya. Maka nilai rata-rata tersebut adalah ukuran mata jaring (mesh size) bagian yang dimaksud.

Cara sederhana mengukur mata jaring sebagai berikut :
• Tarik kencang satu baris benang (misal 10 mata) dalam arah tegak/vertikal (untuk arah N atau tegak).
• Ukur jarak antara titik tengah 2 simpul (atau sambungan) yang dipisahkan 10 mata.
• Bagi hasilnya dengan 10, hasil pembagian tersebut merupakan panjang satu mata jaring (mesh size).

Contoh Soal Sebuah potongan bahan jaring mempunyai jumlah mata sebanyak 10 buah seperti terlihat pada gambar di bawah. Setelah ditarik secara sempurna ke arah vertikal (sampai bar/kaki pembentuk mata jaring berimpit) ternyata panjang jaring tersebut adalah 10 cm yang diukur dari tengah simpul antara ujung yang satu dengan ujung yang lain dari sepuluh mata jaring tersebut. Berapakah panjang satu mata jaring dari potongan jaring tersebut?

Jawab dari pengukuran panjang 10 mata jaring = 10 cm. Maka panjang satu mata jaring = 10/10 = 1 cm

Gambar 9. Cara Sederhana Mengukur Mata Jaring (mesh size)

C. Alat Ukur Mata Jaring (Net Gauge)

Alat ukur mata jaring (net gauge) adalah suatu alat yang digunakan untuk mengukur mata jaring yang dibuat oleh Pusat Riset Teknologi Kelautan Badan Riset Kelautan dan Perikanan yang terdiri dari Pengukur Mata Jaring Kecil, Pengukur Mata Jaring Besar dan Pemberat (bandul). Alat tersebut terbuat dari bahan kuningan.


Gambar 10. Alat Ukur Mata Jaring (Net Gauge)

Teknik pengukuran mata jaring yaitu dengan metode “wet and stretch open mesh size”, yaitu dengan cara bahan jaring dalam keadaan basah (operasional) serta tertarik. Dimana besarnya beban tarikan ditentukan oleh berat bandul.

Pelaksanaan pengukuran sebagai berikut ;
• Gunakan alat ukur mata jaring (net gauge) yang sesuai dengan lebar mata jaring yang hendak diukur.
• Masukan alat pengukur tersebut pada mata jaring.
• Atur posisi alat ukur sehingga kedua sisi alat ukur seperti gambar open mesh size diatas.
• Pasang pemberat (bandul) pada tempatnya sehingga posisi mendatar.
• Ukuran mata jaring dapat dilihat pada sisi-sisi alat ukur.

Gambar 11. Pemasangan Net Gauge Pada Mata Jaring


Gambar 12. Pengukuran Mata Jaring Dengan Net Gauge


Gambar 13. Cara Pengukuran Mata Jaring di Berbagai Negara



Hal-hal yang perlu diperhatikan mengenai alat tangkap ikan seperti Jenis & Jumlah, Ukuran Pokok alat penangkapan ikan dan Mata Jaring (Mesh Size) jangan sampai tidak sesuai yang tertera pada Surat Izin Penangkapan Ikan.

Beberapa ketentuan ukuran alat penangkapan ikan adalah sebagai berikut :
1. Pukat Ikan (Fish Net), Mesh Size Kantong > 50 mm pada groud rope tidak menggunakan bobin dan rantai pengejut. Tidak dioperasikan oleh 2 (dua) kapal.
2. Pukat Udang (PU), Mesh Size Kantong > 30 mm memakai TED/API jarak jeruji > 10 cm. Tidak dioperasikan oleh 2 (dua) kapal.
3. Purse Seine Pelagis Kecil (PSPK):
- Mesh Size Kantong Min. 25 mm
- Mesh Size badan Min. 50 mm
4. Purse Seine Pelagis Besar (PSPB):
- Mesh Size Kantong Min. 25 mm
- Mesh Size badan Min 60 mm
5. Jaring Insang (Gill Net) di ZEEI (Permen No. PER.08/MEN/2008) tentang penggunaan alat penangkapan ikan jaring insang (gill net) di ZEEI.
A. Jaring Insang Hanyut (Drift Gill Net)
- Mesh Size Kantong min. 10 cm
- Panjang Jaring max. 10. 000 meter
- Kedalaman Jaring max. 30 meter
B. Jaring Insang Tetap (Set Gill Net)
- Mesh Size Kantong min. 20 cm
- Panjang Jaring max. 10. 000 meter
- Kedalaman Jaring max. 30 meter
6. Jaring Insang (Gill Net) di Periaran Teritorial. Untuk ukuran alat tangkap jaring insang diperairan teritorial tidak terlalu jauh berbeda dengan jaring insang yang dioperasikan di perairan ZEEI, kecuali ukuran panjang jaringnya dimana panjang jaring untuk alat tangkap jaring insang (gill net) yang dioperasikan di perairan teritorial max. 2500 meter.

Minggu, 09 Januari 2011

MENTARI


Hari ini Kabut menyelimuti pagi
Angin yang menyebabkan dinginnya udara pagi
Terbiasa duduk sendiri
Tak ada yang menemani
Hanya secangkir kopi
Kepala tegak ke atas
Berpikir besarnya ke kuasaan sang Illahi
Jauh mata menatap hanya untuk memandang Langit yang begitu gelap
Akankah berubah menjadi terang.?
berharap di balik bukit pegunungan munculnya sang mentari
Menyambut pagi
Menantinya mentari bersinar kembali

LAUT

Warna merah kemerahan tersudut diupuk timur
Jauh diujung lautan terlihat mentari
Nelayan kembali dan pergi
Ikan-ikan berlari
Burung-burung menari
Bersiap menyambut cerahnya pagi

Indahnya hari
Sungguh. . . . . . .
Tak kuasa memandang Mu
Terdengar suara gemuruh
Angin berhembus merobek dinding hati
Deburan ombak menusuk jantung hati
Karang yang kokoh dikoyakan gelombang pantai
Serpihan karang yang melayang
Riuh angin yang melintang
Air lautan yang menantang

Pasir lembut terhampar dipantai
Mencoba berlari
Telanjang kaki
Dibawah sengatnya matahari
Pastikan kau kembali kesini

Waktu berjalan tak tentu
Semuanya pasti akan berlalu
Laut biru
Aku rindu........