Jumat, 20 April 2012
Pencemaran Perairan
Air merupakan pelarut yang baik, sehingga air di alam tidak pernah murni akan tetapi selalu mengandung berbagai zat terlarut maupun zat tidak terlarut serta mengandung mikroorganisme atau jasad renik.Apabila kandungan berbagai zat maupun mikroorganisme yang terdapat di dalam air melebihi ambang batas yang diperbolehkan, kualitas air akan terganggu, sehingga tidak bisa digunakan untuk berbagai keperluan baik untuk air minum, mandi, mencuci atau keperluan lainya. Air yang terganggu kualitasnya ini dikatakan sebagai air yang tercemar.
Pencemaran air adalah masuknya bahan pencemar ke dalam lingkungan perairan, sehingga menurunkan kualitas air. Bahan pencemar ini dapat membunuh hewan dan tumbuhan yang hidup di dalamnya. Selain itu, dapat mengganggu atau memutuskan jaring-jaring makanan di lingkungan perairan.
Berdasarkan PP no 82 tahun 2001 pasal 8 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup, klasifikasi dan kriteria mutu air ditetapkan menjadi 4 kelas yaitu:
Kelas 1 : yaitu air yang dapat digunakan untuk bahan baku air minum atau peruntukan lainnya mempersyaratkan mutu air yang sama
Kelas 2 : air yang dapat digunakan untuk prasarana/ sarana rekreasi air, budidaya ikan air tawar, peternakan, dan pertanian
Kelas 3 : air yang dapat digunakan untuk budidaya ikan air tawar, peternakan dan pertanian
Kelas 4 : air yang dapat digunakan untuk mengairi pertanaman/ pertanian
Air dikatakan tercemar apabila kualitasnya turun sampai ke tingkat yang membahayakan sehingga air tidak bisa digunakan sesuai peruntukannya.
Apa sajakah parameter untuk menentukan kualitas air?
· DO (Dissolved Oxygen)
DO adalah oksigen terlarut yang terkandung di dalam air, berasal dari udara dan hasil proses fotosintesis tumbuhan air. Oksigen diperlukan oleh semua mahluk yang hidup di air seperti ikan, udang, kerang dan hewan lainnya termasuk mikroorganisme seperti bakteri.
Lalu apakah penyebab bau busuk dari air yang tercemar? Bau busuk ini berasal dari gas NH3 dan H2S yang merupakan hasil proses penguraian bahan organik lanjutan oleh bakteri anaerob.
· BOD (Biochemical Oxygen Demand)
BOD artinya kebutuhan oksigen biokimia yang menunjukkan jumlah oksigen yang digunakan dalam reaksi oksidasi oleh bakteri. Sehingga makin banyak bahan organik dalam air, makin besar BOD nya sedangkan DO akan makin rendah.
· COD (Chemical Oxygen Demand)
COD sama dengan BOD, yang menunjukkan jumlah oksigen yang digunakan dalam reaksi kimia oleh bakteri. Pengujian COD pada air limbah memiliki beberapa keunggulan dibandingkan pengujian BOD. Pengujian COD sanggup menguji air limbah industri yang beracun yang tidak dapat diuji dengan BOD karena bakteri akan mati. Selain itu waktu pengujian COD lebih singkat, kurang lebih hanya 3 jam.
· Jumlah total Zat terlarut
Air alam mengandung zat padat terlarut yang berasal dari mineral dan garam-garam yang terlarut ketika air mengalir di bawah atau di permukaan tanah. Apabila air dicemari oleh limbah yang berasal dari industri pertambangan dan pertanian, kandungan zat padat tersebut akan meningkat. Jumlah zat padat terlarut ini dapat digunakan sebagai indikator terjadinya pencemaran air. Selain jumlah, jenis zat pencemar juga menentukan tingkat pencemaran. Air yang bersih adalah jika tingkat DO nya tinggi, sedangkan BOD dan zat padat terlarutnya rendah.
Apa sajakah sumber-sumber pencemaran air?
· Limbah Pemukiman
Limbah pemukiman mengandung limbah domestik berupa sampah organik dan sampah anorganik serta deterjen. Sampah organik adalah sampah yang dapat diuraikan atau dibusukkan oleh bakteri. Contohnya sayur-sayuran, buah-buahan, daun-daunan.
Sedangkan sampah anorganik contohnya plastik dan kaleng. Sampah-sampah ini tidak dapat diuraikan oleh bakteri (non biodegrable).
Penyebab dan Dampak Pencemaran Air> Limbah Pemukiman
Limbah pemukiman mengandung limbah domestik berupa sampah organik dan sampah anorganik serta deterjen. Sampah organik adalah sampah yang dapat diuraikan atau dibusukkan oleh bakteri. Contohnya sisa-sisa sayuran, buah-buahan, dan daun-daunan. Sedangkan sampah anorganik sepertikertas, plastik, gelas atau kaca, kain, kayu-kayuan, logam, karet, dan kulit. Sampah-sampah ini tidak dapat diuraikan oleh bakteri (non biodegrable). Sampah organik yang dibuang ke sungai menyebabkan berkurangnya jumlah oksigen terlarut, karena sebagian besar digunakan bakteri untuk proses pembusukannya. Apabila sampah anorganik yang dibuang ke sungai, cahaya matahari dapat terhalang dan menghambat proses fotosintesis dari tumbuhan air dan alga, yang menghasilkan oksigen. Tentunya anda pernah melihat permukaan air sungai atau danau yang ditutupi buih deterjen. Deterjen merupakan limbah pemukiman yang paling potensial mencemari air. Pada saat ini hampir setiap rumah tangga menggunakan deterjen, padahal limbah deterjen sangat sukar diuraikan oleh bakteri.
Sehingga tetap aktif untuk jangka waktu yang lama. Penggunaan deterjen secara besar-besaran juga meningkatkan senyawa fosfat pada air sungai atau danau. Fosfat ini merangsang pertumbuhan ganggang dan eceng gondok. Pertumbuhan ganggang dan eceng gondok yang tidak terkendali menyebabkan permukaan air danau atau sungai tertutup sehingga menghalangi masuknya cahaya matahari dan mengakibatkan terhambatnya proses fotosintesis.
Jika tumbuhan air ini mati, akan terjadi proses pembusukan yang menghabiskan persediaan oksigen dan pengendapan bahan-bahan yang menyebabkan pendangkalan.
· Limbah Pertanian
Bila terjadi pencemaran di air, maka terjadi akumulasi zat pencemar pada tubuh organisme air. Akumulasi pencemar ini semakin meningkat pada organisme pemangsa yang lebih besar.
Penyebab dan Dampak Pencemaran Air> Limbah Pertanian
Pupuk dan pestisida biasa digunakan para petani untuk merawat tanamannya. Namun pemakaian pupuk dan pestisida yang berlebihan dapat mencemari air. Limbah pupuk mengandung fosfat yang dapat merangsang pertumbuhan gulma air seperti ganggang dan eceng gondok. Pertumbuhan gulma air yang tidak terkendali ini menimbulkan dampak seperti yang diakibatkan pencemaran oleh deterjen.
Limbah pestisida mempunyai aktifitas dalam jangka waktu yang lama dan ketika terbawa aliran air keluar dari daerah pertanian, dapat mematikan hewan yang bukan sasaran seperti ikan, udang dan hewan air lainnya. Pestisida mempunyai sifat relatif tidak larut dalam air, tetapi mudah larut dan cenderung konsentrasinya meningkat dalam lemak dan sel-sel tubuh mahluk hidup disebut Biological Amplification, sehingga apabila masuk dalam rantai makanan konsentrasinya makin tinggi dan yang tertinggi adalah pada konsumen puncak. Contohnya ketika di dalam tubuh ikan kadarnya 6 ppm, di dalam tubuh burung pemakan ikan kadarnya naik menjadi 100 ppm dan akan meningkat terus sampai konsumen puncak
· Limbah Industri
Beberapa industri menghasilkan limbah organik dan adapula yang menghasilkan limbah anorganik. Limbah organik yang dibuang ke sungai dapat diuraikan oleh mikroorganisme di sepanjang sungai sehingga semakin ke hilir sungai kandungan limbahnya semakin menurun. Akan tetapi, limbah anorganik sebaliknya. Pada umumnya limbah industri mengandung limbah B3, yaitu bahan berbahaya dan beracun. Limbah industri yang berbahaya antara lain yang mengandung logam dan cairan asam. Contoh : Merkuri (Hg).
Penyebab dan Dampak Pencemaran Air> Limbah Industri
Limbah industri sangat potensial sebagai penyebab terjadinya pencemaran air. Pada umumnya limbah industri mengandung limbah B3, yaitu bahan berbahaya dan beracun. Menurut PP 18 tahun 99 pasal 1, limbah B3 adalah sisa suatu usaha atau kegiatan yang mengandung bahan berbahaya dan beracun yang dapat mencemarkan atau merusak lingkungan hidup sehingga membahayakan kesehatan serta kelangsungan hidup manusia dan mahluk lainnya. Karakteristik limbah B3 adalah korosif/ menyebabkan karat, mudah terbakar dan meledak, bersifat toksik/ beracun dan menyebabkan infeksi/ penyakit. Limbah industri yang berbahaya antara lain yang mengandung logam dan cairan asam. Misalnya limbah yang dihasilkan industri pelapisan logam, yang mengandung tembaga dan nikel serta cairan asam sianida, asam borat, asam kromat, asam nitrat dan asam fosfat. Limbah ini bersifat korosif, dapat mematikan tumbuhan dan hewan air. Pada manusia menyebabkan iritasi pada kulit dan mata, mengganggu pernafasan dan menyebabkan kanker.
Logam yang paling berbahaya dari limbah industri adalah merkuri atau yang dikenal juga sebagai air raksa (Hg) atau air perak. Limbah yang mengandung merkurei selain berasal dari industri logam juga berasal dari industri kosmetik, batu baterai, plastik dan sebagainya. Di Jepang antara tahun 1953- 1960, lebih dari 100 orang meninggal atau cacat karena mengkonsumsi ikan yang berasal dari Teluk Minamata. Teluk ini tercemar merkuri yang bearasal dari sebuah pabrik plastik. Senyawa merkuri yang terlarut dalam air masuk melalui rantai makanan, yaitu mula-mula masuk ke dalam tubuh mikroorganisme yang kemudian dimakan yang dikonsumsi manusia. Bila merkuri masuk ke dalam tubuh manusia melalui saluran pencernaan, dapat menyebabkan kerusakan akut pada ginjal sedangkan pada anak-anak dapat menyebabkan Pink Disease/ acrodynia, alergi kulit dan kawasaki disease/ mucocutaneous lymph node
· Limbah Pertambangan
Limbah pertambangan seperti batubara biasanya tercemar asam sulfat dan senyawa besi, yang dapat mengalir ke luar daerah pertambangan. Air yang mengandung kedua senyawa ini dapat berubah menjadi asam. Limbah pertambangan yang bersifat asam bisa menyebabkan korosi dan melarutkan logam-logam sehingga air yang dicemari bersifat racun dan dapat memusnahkan kehidupan akuatik.
Penyebab dan Dampak Pencemaran Air> Limbah Pertambangan
Limbah pertambangan seperti batubara biasanya tercemar asam sulfat dan senyawa besi, yang dapat mengalir ke luar daerah pertambangan. Air yang mengandung kedua senyawa ini dapat berubah menjadi asam. Bila air yang bersifat asam ini melewati daerah batuan karang/ kapur akan melarutkan senyawa Ca dan Mg dari batuan tersebut. Selanjutnya senyawa Ca dan Mg yang larut terbawa air akan memberi efek terjadinya AIR SADAH, yang tidak bisa digunakan untuk mencuci karena sabun tidak bisa berbuih. Bila dipaksakan akan memboroskan sabun, karena sabun tidak akan berbuih sebelum semua ion Ca dan Mg mengendap. Limbah pertambangan yang bersifat asam bisa menyebabkan korosi dan melarutkan logam-logam sehingga air yang dicemari bersifat racun dan dapat memusnahkan kehidupan akuatik.
Selain pertambangan batubara, pertambangan lain yang menghasilkan limbah berbahaya adalah pertambangan emas. Pertambangan emas menghasilkan limbah yang mengandung merkuri, yang banyak digunakan penambang emas tradisional atau penambang emas tanpa izin, untuk memproses bijih emas. Para penambang ini umumnya kurang mempedulikan dampak limbah yang mengandung merkuri karena kurangnya pengetahuan yang dimiliki.
Biasanya mereka membuang dan mengalirkan limbah bekas proses pengolahan pengolahan ke selokan, parit, kolam atau sungai. Merkuri tersebut selanjutnya berubah menjadi metil merkuri karena proses alamiah. Bila senyawa metil merkuri masuk ke dalam tubuh manusiamelalui media air, akan menyebabkan keracunan seperti yang dialami para korban Tragedi Minamata.
KASUS BUYAT
Berdasarkan hasil penelitian, Teluk Buyat mengandung limbah methyil mercury. Pada embrio atau jabang bayi dan anak-anak kecil, methylmercury terbukti mencegah perkembangan normal sistem saraf dan menyebabkan luka pada otak. Gejalanya dapat berkembang mulai dari kesulitan menelan, kelumpuhan, kerusakan otak, dan kematian.
Pada sejumlah kasus, merkuri menimbulkan reaksi pada kelenjar lidah, seperti mengeluarkan ludah secara terus-menerus, sulit berbicara, telinga berdenging, dan mata kabur. Bahkan, jika terkena jaringan saraf tremor bisa menyebabkan anggota badan membengkak dan jika mengenai jaringan saraf psikonis bisa menyebabkan paralis atau kelumpuhan serta sesak napas. Ini tergolong kasus pencemaran tingkat II.
Koalisi Peduli Kepulauan Seribu
Tumpahan minyak, jelas telah menimbulkan pencemaran lingkungan dan kerugian yang besar bagi masyarakat di Kepulauan Seribu. Gumpalan minyak yang terdampar ke pantai akan mengancam kelangsungan hidup hutan mangrove yang berfungsi sebagai tempat pemijahan berbagai jenis ikan dan udang. Selain menimbulkan kerusakan ekologis, pencemaran itu akan berdampak negatif pada ekonomi dan sosial.
Menurut data dari Departemen Kelautan dan Perikanan (DKP) tahun 2000 saja, tumpahan itu sudah mencapai 167.000 kiloliter. Jika hal ini tidak cepat ditanggulangi, dapat menimbulkan kerugian yang semakin besar dan tidak tertutup kemungkinan menimbulkan konflik di antara para pengguna laut atau masyarakat pesisir.
Ditambahkannya, jika polisi gagal menemukan asal sumber pencemaran minyak itu, memang patut dipertanyakan keseriusannya, karena pencemaran minyak di kawasan perairan itu terjadi berulang kali.
Polisi masih belum dapat mematikan asal sumber pencemaran minyak tersebut. Ada yang berpendapat bahwa asal sumber pencemaran minyak itu adalah perusahaan minyak, yang mengolah crude oil (minyak mentah). Hal ini berdasarkan Data Lemigas yang menunjukkan bahwa gumpalan minyak yang ditemukan merupakan finger print crude oil— (secara biomaker) pada sumur TITI-A CNOOC di Central Bussiness Unit (sebuah perusahaan minyak), dimana identik dengan gumpalan minyak yang ditemukan di kepulauan Seribu. Namun ada pula yang berpendapat bahwa pencemaran minyak disebabkan oleh kapal tanker, yang mengangkut minyak setengah jadi. Hal ini diduga karena banyak kapal tanker yang melintas wilayah Kepulauan Seribu.
:
Apabila sungai menjadi tempat pembuangan limbah yang mengandung bahan organik misalnya senyawa fosfat, sebagian besar oksigen terlarut digunakan bakteri aerob untuk mengoksidasi karbon dan nitrogen dalam bahan organik menjadi karbondioksida dan air. Sehingga kadar oksigen terlarut akan berkurang dengan cepat dan akibatnya hewan-hewan seperti ikan, udang dan kerang akan mati. Namun, ada organisme yang biasanya hidup di perairan dengan kadar oksigen rendah yaitu Tubifex sp. (cacing merah), sehingga keberadaan Tubifex sering dijadikan indikator perairan yang tercemar.
Penggunaan deterjen secara besar-besaran meningkatkan senyawa fosfat pada air sungai atau danau. Fosfat ini merangsang pertumbuhan ganggang dan eceng gondok. Pertumbuhan ganggang dan eceng gondok yang tidak terkendali menyebabkan permukaan air danau atau sungai tertutup sehingga menghalangi masuknya cahaya matahari dan mengakibatkan terhambatnya proses fotosintesis. Jika tumbuhan air ini mati, akan terjadi proses pembusukan yang menghabiskan persediaan oksigen dan pengendapan bahan-bahan yang menyebabkan pendangkalan (eutrofikasi).
eutrofikasi danau
Limbah pupuk juga mengandung fosfat yang dapat merangsang pertumbuhan gulma air seperti ganggang dan eceng gondok. Pertumbuhan gulma air yang tidak terkendali ini menimbulkan dampak seperti yang diakibatkan pencemaran oleh deterjen. Deterjen merupakan limbah rumah tangga utama yang mencemari perairan, namun penggunaan deterjen tidak dapat dihentikan karena dianggap murah dan efektif sebagai pembersih, begitupula dengan pupuk.
Mencegah/Mengurangi Dampak Pencemaran Air
Limbah atau bahan buangan yang dihasilkan dari semua aktifitas kehidupan manusia, baik dari setiap rumah tangga, kegiatan pertanian, industri serta pertambangan tidak bisa kita hindari. Namun kita masih bisa mencegah atau paling tidak mengurangi dampak dari limbah tersebut, agar tidak merusak lingkungan yang pada akhirnya juga akan merugikan manusia.
Untuk mencegah atau paling tidak mengurangi segala akibat yang ditimbulkan oleh limbah berbahaya; setiap rumah tangga sebaiknya menggunakan deterjen secukupnya dan memilah sampah organik dari sampah anorganik. Sampah organik bisa dijadikan kompos, sedangkan sampah anorganik bisa didaur ulang. Pemerintah bekerjasama dengan World Bank, pada saat ini tengah mempersiapkan pemberian insentif berupa subsidi bagi masyarakat yang melakukan pengomposan sampah kota.
Beberapa manfaat pengomposan sampah antara lain :
Mengurangi sampah di sumbernya
Mengurangi beban volume di TPA
Mengurangi biaya pengelolaan
Menciptakan peluang kerja
Memperbaiki kondisi lingkungan
Mengurangi emisi gas rumah kaca
Penggunaan kompos mendukung; Produk organik > Green Consumerism dan more sustain land use.
Penggunaan pupuk dan pestisida secukupnya atau memilih pupuk dan pestisida yang mengandung bahan-bahan yang lebih cepat terurai, yang tidak terakumulasi pada rantai makanan, juga dapat megurangi dampak pencemaran air.
Setiap pabrik / kegiatan industri sebaiknya memiliki Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL), untuk mengolah limbah yang dihasilkannya sebelum dibuang ke lingkungan sekitar. Dengan demikian diharapkan dapat meminimalisasi limbah yang dihasilkan atau mengubahnya menjadi limbah yang lebih ramah lingkungan.
Mengurangi penggunaan bahan-bahan berbahaya dalam kegiatan pertambangan atau menggantinya dengan bahan-bahan yang lebih ramah lingkungan. Atau diharuskan membangun Instalasi Pengolahan Air Limbah pertambangan, sehingga limbah bisa diolah terlebih dahulu menjadi limbah yang lebih ramah lingkungan, sebelum dibuang keluar daerah pertambangan.
Cara Memperoleh Air Bersih
Air yang kita minum harus bersih sesuai standar, demikian juga air yang kita gunakan untuk mandi, mencuci, memasak, juga harus bersih. Bersih disini artinya bersih dari segi fisik, kimiawi dan biologis. Bersih secara fisik artinya jernih, tidak berwarna, tawar dan tidak berbau.
Secara kimiawi air yang kualitasnya baik adalah yang memiliki pH netral, tidak mengandung bahan berbahaya dan beracun (B3) dan ion-ion logam, serta bahan organik. Sedangkan bersih secara biologis artinya tidak mengandung mikroorganisme seperti bakteri baik yang patogen/ menyebabkan penyakit atau yang apatogen.
Ada 2 cara untuk mendapatkan air bersih dalam skala terbatas yaitu :
Tanpa Bahan Kimia, dan
Dengan Menambahkan Bahan Kimia.
Kedua cara penjernihan air ini melalui 2 tahap, yaitu tahap pengendapan dan tahap penjernihan. Media penyaring yang digunakan adalah; pasir, arang batok, ijuk dan kerikil. Pada cara yang kedua, ditambahkan bahan kimia berupa tawas, kapur dan kaporit ke dalam bak pengendap untuk membantu menggumpalkan zat kimia pencemar.
Cara Memperoleh Air Bersih> Tanpa Bahan Kimia
Cara ini biasanya digunakan untuk sumber air terbuka dengan menggunakan 3 macam bak yaitu bak pengendap, bak penyaring dan bak penampung air bersih, yang ukurannya tergantung volume air yang akan dialirkan. Mula-mula air dari sumbernya dialirkan ke bak pengendap. Selanjutnya lewat saluran bambu yang pada bagian ujungnya di beri kawat kasa, dari bak pengendap air dialirkan ke dalam bak penyaring melalui parit yang berbelok-belok dan berbatuan untuk mendapatkan kandungan oksigen. Atau jika tidak mungkin parit dapat diganti dengan saluran bambu. Bak penyaring ini telah diisi dengan media penyaring, yang disusun berturut-turut dari bagian dasar bak berupa batu setinggi 10 cm, kerikil 10 cm, pasir halus setinggi 20 cm, arang 5 cm, ijuk 10 cm, pasir halus 15 cm dan lapisan paling atas diisi ijuk lagi setinggi 10 cm. Setelah melewati bak penyaring air di tampung di dalam bak penampung air bersih.
Untuk keperluan minum dan masak, air ini tetap harus dimasak agar kumannya mati.
Cara Memperoleh Air Bersih> Dengan Menambahkan Bahan Kimia
Pada cara kedua ini digunakan 2 buah Drum yang berukuran sama yang dilengkapi dengan keran air, sebagai bak pengendap dan bak penyaring. Tinggi keran air dari dasar drum kira-kira 5-10 cm (harus lebih tinggi dari lumpur yang akan terkumpul). Tetapi drum bisa juga diganti dengan gentong. Setelah air kotor masuk ke drum pengendap, masukkan 1 gr tawas/ 1 gr kapur/ 2,5 gr kaporit untuk setiap 10 liter air, lalu diaduk perlahan ke satu arah. Pengadukan sebaiknya dilakukan pada malam hari sehingga pengendapan berlangsung sempurna pada keesokan paginya.
Pada drum yang berfungsi sebagai bak pengendap diberi media penyaring yang terdiri dari kerikil setinggi 5 cm di bagian dasar, kemudian berturut-turut ke atas diberi arang batok setinggi 10 cm, ijuk setinggi 10 cm dan pasir halus setinggi 20 cm. Ketika air yang dialirkan dari drum pengendap melewati media penyaring ini, air akan dijernihkan lagi melalui proses penyaringan. Sehingga ketika kran dibuka akan diperoleh air yang bersih. Apabila air yang keluar dari drum kedua sudah tidak jernih, media penyaring harus dicuci atau diganti dengan yang baru
Senin, 09 April 2012
KONSEP BANGUNAN KAPAL
Bangunan kapal MERUPAKAN
ilmu yang mempelajari tentang beberapa bagian2 dari kapal,di antaranya adalah:
ukuran2 pokok kapal:
ukuran pokok terdiri dari:
1. ukuran membujur/memenjang
2. ukuran melintang atau melebar
3. ukuran tegak(vertikal)
a.ukuran membujur/memenjang:terdiri dari:
1. panjang seluruh nya(lengthet over all=LOA)ialah:jarak dari suatu titik terdepan dari linggi kapal sampai tititk terbelakang dari buritan kapal
2. panjang sepanjang garis tegak(lengthet between perpendicular=LBP)iyalah panjang kapal di hitung dari garis tergak depan sampai garis tegak belakangd di ukur sejajar lunas
3. panjang sepanjang garis muat/air:lengthet on the load water line=LOWL)iyalah panjang kapal di ukur dari perpotongan garis air dengan linggi depan sampai ke titik potong garis airdengan linggi belakang
b.ukuran melintang:ukuran melintang terdiri dari:
1. lebar extrim
2. lebar dalam
3. lebar terdaftar
c.ukuran tegak vertical:ukuran tergak terdiri dari:
1. sarat kapal
2. lambung bebas
3. dalam(depth)
Panjang Kapal
LOA : Length over all
Adalah panjang kapal keseluruhan yang diukur dari ujung buritan sampai ujung haluan.Ukuran ini penting untuk menentukan besarnya ruang yang diperlukan ketika kapal akan ditambatkan di jetti atau ketika kapal akan melakukan manuver (berbelok/berputar) di sepanjang terusan atau sungai
LPP : Length between perpendiculars.
Panjang antara kedua garis tegak buritan dan garis tegak haluan yang diukur pada garis air muat pada lunas datar, yakni ketika tidak ada trim haluan ataupun trim buritan. Panjang ini merupakan perkiraan panjang kapal yang tercelup air, yang dipakai dalam semua perhitungan hidrostatik. Namun dalam perhitungan sarat maksimum yang diperbolehkan, posisi garis tegak ini sedikit bergeser disesuaikan dengan Peraturan Load Lines.
AP : Garis tegak buritan (After Perpendicular)
Letaknya pada linggi kemudi bagian belakang atau pada sumbu poros kemudi.
FP : Garis tegak haluan (Fore Perpendicular)
Adalah merupakan perpotongan antara linggi haluan dengan garis air muat.
LWL : Panjang garis air (Length of Water Line)
Adalah jarak mendatar antara ujung garis muat (garis air), yang diukur dari titik potong dengan linggi buritan sampai titik potongnya dengan linggi haluan dan diukur pada bagian luar linggi buritan dan linggi haluan.
Lebar Kapal.
B : Breadth (lebar yang direncanakan).
Adalah jarak mendatar dari gading tengah yang diukur pada bagian luar gading (tidak termasuk tebal pelat lambung). Istilah "moulded" kadang muncul, yang berarti pengukuran bagian dalam kapal, dan tidak termasuk tebal pelat lambung.
BWL : Breadth of water line (lebar pada garis air muat).
Adalah lebar yang terbesar yang diukur pada garis air muat.
BOA : Breatdh over all (lebar maksimum).
Adalah lebar terbesar dari kapal yang diukur dari kulit lambung kapal disamping kiri sampai kulit lambung kapal samping kanan.
Tinggi Geladak.
H (D) : Depth of Hull (tinggi terendah dari geladak).
Adalah jarak tegak dari garis dasar sampai garis geladak yang terendah, umumnya diukur di tengah – tengah panjang kapal.
Air Draft : jarak vertikal maksimum dari bagian kapal yang berada diatas air pada kondisi bermuatan tertentu. Besaran ini penting untuk memastikan kapal mempunyai ruang jarak yang aman ketika melintas dibawah jembatan atau pada perairan dekat dengan landasan kapal terbang
Freeboard : Lambung Timbul
Jarak vertikal yang diukur pada tengah kapal dari ujung garis geladak lambung timbul hingga ujung atas dari garis muat (Load Line). Umumnya akan semakin meninggi pada bagian haluan dan buritan karena adanya sheer. Jadi harga minimum freeboard tepat pada bagian tengah kapal. Peraturan Lambung timbul menyebutkan bahwa setiap kapal laik laut harus ditentukan syarat minimal lambung timbul yang diijinkan, yang mana menentukan batas maksimum muatan yang diperbolehkan bagi kapal. Sebuah perhitungan tertentu diberlakukan untuk menentukan besaran lambung timbul.
Sarat Kapal.
T : Draft (sarat yang direncanakan).
Adalah jarak tegak dari garis dasar sampai pada garis air muat.
Jika jarak ini konstan sepanjang panjang kapal, dapat dikatakan kapal dalam posisi even keel/sarat datar. Sarat rata-rata dapat digunakan sebagai indikasi seberapa banyak beban yang dibawa oleh kapal, dan digunakan dalam perhitungan hidrostatik. Besar Sarat Maksimum sangat penting terutama untuk memastikan kapal tidak kandas ketika memasuki perairan yang terlalu dangkal.
Trim : Keadaan yang dialami oleh suatu kapal ketika sarat depan dan sarat belakan berbeda tingginya. Umumnya, ketika kapal dimuati, maka sarat buritan akan lebih besar dari sarat haluan. Kondisi trim ini harus dijaga untuk memastikan bahwa baling-baling kapal terbenam dalam air dengan cukup dan mengurangi tumbahan air laut di haluan.
PERHITUNGAN TONASE KAPAL
Perhitungan tonase kapal ditetapkan sebagai berikut :
a.Untuk kapal yang panjangnya lebih dari atau sama dengan 24 m, ditetapkan berdasarkan Rumus Internasional untuk pengukuran grostonase ( International Formula for Gross Tonnage Measurement ),
yaitu : GT = K x V ;
Untuk kapal yang panjangnya kurang dari 24 m, ditetapkan dengan rumus :
GT = (L x B x D x Cb) : 2,83
dimana :
L = LDL; ( Panjang )
B = BDL; ( Lebar )
D = Depth; ( Dalam/Tinggi )
Cb = Coefisien block (Pukat Ikan = 0,8, Purse Seine= 0,6 s/d 0,8, Long Line = 0,6; dan untuk yang lain 0,5 s/d 0,6).
PERHITUNGAN TONASE KAPAL MENURUT KEPMEN 10 PASAL 16 AYAT 3
a. UNTUK KAPAL ³ 24 METER
Menurut International Formula for Gross Tonnage Measurement :
GT = K x V
b. UNTUK KAPAL < 24 METER
Menurut rumus GT = (L x B x D x Cb) : 2,83
Cb = Coefisien Block
(Pukat Ikan = 0,8, Purse Seine = 0,6 s/d 0,8, Long Line = 0,6, dan untuk yang lain 0,5 s/d 0,6)
STABILITAS KAPAL
Stabilitas kapa[ adalah kesetimbangan kapal pada saat diapungkan, tidak miring kekiri atau kekanan, demikian pula pada saat berlayar, pada saat kapal diolengkan oleh ombak atau angin, kapal dapat tegak kembali.
Salah satu penyebab kecelakaan kapal di laut ,baik yang terjadi di laut lepas maupun ketika di pelabuhan, adalah peranan dari para awak kapal yang tidak memperhatikan perhitungan stabilitas kapalnya sehingga dapat mengganggu kesetimbangan secara umum yang akibatnya dapat menbyebabkan kecelakaan fatal seperti kapal tidak dapat dikendalaikan, kehilangan kesetimbangan dan bahkan tenggelam yang pada akhirnya dapat merugikan harta benda, kapal, nyawa manusia bahkan dirinya sendiri. Sedemikian pentingnya pengetahuan menghitung stabilitas kapal untuk keselamatan pelayaran, maka setiap awak kapal yang bersangkutan bahkan calon awak kapal harus dibekali dengan seperangkat pengetahuan dan keterampilan dalam menjaga kondisi stabilitas kapalnya sehingga keselamatan dan kenyamanan pelayaran dapat dicapai.
Titik penting dalam stabilitas kapal
Ada tiga titik yang penting dalam stabilitas kapal yaitu
1. G adalah titik pusat gravitasi kapal
2. B adalah titik pusat apung kapal
3. M adalah metacenter kapal
Selasa, 20 Maret 2012
Cara untuk Memulai Hidup dengan ‘Akhir yang Baik’
Pentingnya hidup dengan ‘akhir yang baik’ tak perlu diragukan lagi. ‘Akhir yang baik’ merupakan puncak dari prestasi kehidupan Anda. Jika sukses lainnya menentukan keberhasilan hidup Anda di dunia yang fana, maka ‘akhir yang baik’ menentukan keberhasilan hidup Anda di akhirat yang kekal abadi.
Pentingnya ‘akhir yang baik’ semestinya membuat Anda sesegera mungkin merancang hidup yang ‘berakhir dengan baik’. Bagaimana caranya? Langkah-langkah berikut ini mungkin bisa menjadi panduan bagi Anda untuk memulai hidup dengan ‘akhir yang baik’:
1. Upayakan agar Anda selalu berada dalam ‘lingkaran’ kesuksesan, yaitu hidup yang seimbang; selalu memberikan manfaat bagi orang lain; konsisten menuju
cita-cita mulia, menikmati kemenangan-kemenangan dan terus bertumbuh. Jika merasa hidup Anda berada di luar dari ‘lingkaran’ kesuksesan tersebut, segeralah
berubah! Segeralah untuk berada dalam kesuksesan yang sesungguhnya.
2. Dekatkan selalu diri Anda kepada Tuhan, yakni dengan banyak beribadah, mempelajari agama, menjauhi larangan-Nya dan mematuhi segala perintah-Nya.
Jika Anda merasa jauh dengan Tuhan, segeralah bertaubat dan memperbaiki diri! Mumpung masih belum terlambat. Sebab jika terlambat, hanya penyesalanlah yang
akan didapat kelak. Abdul Qadir Jailani berkata : “Menunda amal kebaikan karena menantikan kesempatan yang lebih baik, merupakan tanda kebodohan yang
mempengaruhi jiwa”.
Sukses dengan ‘akhir yang baik’ sebenarnya mudah Anda dapatkan asalkan mempunyai kemauan untuk melakukannya. Asalkan Anda hidup disiplin dan berupaya mengendalikan hawa nafsu.(eramuslim.com)
Kamis, 16 Februari 2012
Penyu Hijau (Celonia mydas)
1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Penyu meruapakan salah satu hewan yang populasinya terancam punah. Penyu mempunyai karapas atau tempurung yang keras pada bagian dorsalnya. Secara klasifikasi, penyu termasuk bangsa Testudinata. berikut adalah klasifikasi penyu hijau :
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Sub Filum : Vertebrata
Kelas : Reptilia
Sub Kelas : Anopsida
Bangsa : Testudinata
Suku : Dermochelidae; Cheloniidae
Marga : Dermochyles; Celonia; Lepydochelys; Eretmochelis; Natator; Caretta
Famili :Dermochyles corriacea; Celonia mydas; Lepydochelys olivacea; Eretmochelis imbricata; Natator depressus; Caretta caretaa.
Secara morfologi, penyu mempunyai keunikan-keunikan tersendiri dibandikangkan hewan-hewan lainnya. Tubuh penyu terbungkus oleh tempurung keras yang berbentuk pipih serta dilapisi oleh zat tanduk. Tempurung tersebut mempunyai fungsi yang sebagai pelindung alami dari predator. Sedangkan penutup pada bagian dada dan perut disebut dengan plastron
Ciri khas penyu secara morfologis terletak pada terdapatnya sisik infra marginal (sisik yang menghubungkan antara karapas, plastron dan terdapat alat gerak berupa flipper. Flipper pada bagian depan berfungsi sebagai alat dayung dan flipper pada bagian belakang befungsi sebagai alat kemudi. Pada penyu-penyu yang ada di Indonesia mempunyai cirri-ciri khusus yang dapat dilihat dari warna tubuh, bentuk karapas, serta jumlah dan posisi sisik pada badan dan kepala penyu. Penyu mempunyai alat pecernaan luar yang keras, untuk mempermudah menghancurkan, memotong dan mengunyah makanan.
Perbedan mencolok pada tempurung antara suku Dermochelidae dan suku Cheloniidae adalah pada bentuk tempurung Dermochelidae yang membentuk belimbing. sedangkan Cheloniidae berbentuk seperti pipih-pipih yang tersusun membentuk pola-pola tertentu.
Secara umum, siklus kehidupan penyu adalah diawal dengan menetas dari telur kemudian secara bertahap tumbuh menjadi dewasa. Sebagian besar hidup penyu berada di laut. Pada telur-telur yang menetas menjadi tukik-tukik, kemudian mereka menuju ke lautan hingga keberadaannya sulit terdeteksi lagi, dikenal juga dengan istilah missing year. Perkawinan dilakukan di laut dekat pantai habitat peneluran dan habitat mencari makan. Hingga pada suatu ketika penyu betina menuju ke pantai untuk bertelur dan dibiarkan, tanpa dierami.
Berdasarkan SK Mentri Pertanian dan Kehutana, PP, dan IUCN keenam penyu tersebut mempunyai status konservasi endangered (terancam punah).
Berkaitan dengan hal di atas, kawasan Suaka Margasatwa Cikepuh merupakan kawasan dimana sering dijumpai keenam penyu tersebut. Kawasan Suaka Margasatwa Cikepuh resmi menjadi Suaka Margasatwa sesuai dengan Surat Keputusan Mentri Pertanian No. 523/Kpts/Um/10/1973 pada tanggal 20 Oktober 1973 dengan luas area 8.127, 5 Ha.
1.2 Tujuan
Tujuan dari pembuatan laporan ini, yaitu sebagai berikut :
a) Melatih Mahasiswa untuk menghayati kehidupan masyarakat
b) Melatih Mahasiswa untuk menyesuaikan diri dan berkomunikasi dengan masyarakat, khususnya petugas konservasi patai pangumabahan ujung genteng yang memberikan inspormasi.
c) Melatih Mahasiswa dalam mengembangkan sikap dalam lingkungan bersama.
1.3 Manfaat
Manfaat yang dirasakan selama Praktek Lapangan ini, yaitu :
a) Mahasiswa dapat membandingkan antara teori – teori yang di dapat di bangku kuliah dengan kenyataan di lapangan.
b) Mahasiswa dapat menggali ilmu pengtahuan dari kegiatan praktek lapangan.
c) Mahasiswa dapat Mengetahui keadaan lingkungan (ekosistem) pantai Pangumbahan Ujung Genteng
d) Mahasiswa dapat melakukan investigasi dan perkiraan kerusakan lingkungan yang di pengaruhi oleh faktor-faktor Oseanografi
2. PEMBAHASAN
2.1 Waktu dan Tempat
Waktu pelaksanaan praktek lapangan ini di lakasanakan selama 2 (dua) hari, pada tanggal 9 – 10 Febuari 2012. Pelaksanaan praktikum ini bertempat di kawasan Taman Pesisir Pantai Penyu Pangumbahan dan Suaka Margasatwa Cikepuh di Desa Gunung Batu Kecamatan Ciracap Kabupaten Sukabumi Jawa Barat.
Berikut beberapa perincian mengenai daerah Suaka Margasatwa Cikepuh.
Nama Kawasan : Suaka Margasatwa Cikepuh
Luas : 80127,5 Ha
Batas kawasan :
• Utara : Cagar Alam Cibanteng, Teluk Ciletuh, Desa Ciwaru
• Selatan : Sungai Cipinarikan, Perkebunan Kelapa Citespong, Desa Cikangkung
• Timur : Desa Cibenda, Desa Gunung Batu
• Barat : Desa Cibenda
Letak Adminstratif : Desa Cikangkung, gunung Batu, Kecamatan Ciracap, Kabupaten Sukabumi dan Desa Ciwaru, Cibenda, Kecamatan Ciemas, Kabupaten Sukabumi
Letak Geografis : 7¬¬¬¬¬¬¬¬0 10’ 30 ’’-7 0 12’ 33’’ LS dan 106¬¬¬¬¬¬0 21’ 0 ’’-106 0 27’ 0’’BT.
Ekosistem : Hutan Pantai, Hutan hujan dataran rendah
Vegetasi : Hutan Tropis Dataran Tinggi
Fenomena Alam : Botanis dan Faunatis
Pemanfaatn Kawasan : Penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan, pendidikan, wisata terbatas, dan kegiatan lainnya yang menunjang budidaya.
Keadaan kawasan
Topografi : Berbukit-bukit
Kemiringan : Kurang lebih 30 %
Ketinggian : 0-250 mdpl
Geologi : Sebagian besar andefferentteadted volcanic product. Bagian selatan jenis miosen sedimentary facies
Jenis tanah : Kompleks mediteran kuning, grumosol dan regosol dari batu endapan
Iklim : Tipe C menurut Scimdt & Ferguson dengan Q=36.1
Suhu Udara : 150-280 C
Curah Hujan : 600-3500 mm/th
Hidrologi :Sungai Cipanarikan, Cilengka, Citirem, Cibuaya, Cikalapa, Cikatapang, Cikepuh, Cipasawahan, Cianggabasa, Ciwaru, Cibatununggal.
2.2 Pengaruh Cahaya Pada Penyu
Polusi cahaya membuat bintang dan bulan tak tampak. Burung yang bermigrasi menggunakan bintang dan bulan sebagai alat navigasi. Akibat adanya polusi cahaya, mereka tidak dapat bermigrasi ke tempat yang tepat. Penyu laut juga tidak datang ke pantai dan bertelur seperti biasa karena takut dengan adanya cahaya matahari.
2.3 Penagruh Suhu Pada Penyu
Sebuah penelitian menunjukkan bahwa jenis kelamin bayi-bayi/ tukik penyu hijau (Chelonia mydas) ditentukan oleh suhu telur ketika dierami. Suhu pasir menentukan rasio jenis kelamin penyu, suhu yang lebih hangat akan meningkatkan jumlah penyu berkelamin betina yang lahir hingga 95 persen (%). Dan faktor ini dapat membantu populasi mereka dalam melawan efek perubahan iklim lewat perilaku kawin.. Suhu yang lebih hangat juga mengurangi keberhasilan penetasan & menghasilkan tukik yang cacat, sedangkan suhu diatas 33 derajat celcius mengakibatkan telur mati.
2.4 Pengaruh Oksigen Terlarut (DO)
Pengaruh oksigen terlarut pada penyu Oksigen merupakan gas yang tidak berbau, tidak berasa dan hanya sedikit larut dalam air. Semua organisme air membutuhkan oksigen dalam hidupnya. Sehingga, tempat yang mengandung oksigen selau terdapat organisme di dalamnya dan makin banyak oksigen terlarut di daerah tersebut, maka makin banyak organisme yang ada di dalmnya. Jadi kadar oksigen terlarut dapat dijadikan ukuran untuk menentukan kualitas air.
Oksigen terlarut merupakan kebutuhan dasar untuk kehidupan tanaman dan hewan di dalam air. Kehidupan makhluk hidup di dalam air tersebut tergantung dari kemmapuan air untuk mempertahankan konsentrasi oksigen minimal yang dibutuhkan untuk kehidupannya. Oksigen terlarut dapat berasal dari proses fotosintesis tanaman air, dimana jumlahnya tidak tetap tergantung dari jumlah tanamannya, dan dari atmosfer (udara) yang masuk ke dalam air dengan kecepatan terbatas. Oksigen terlarut dalam laut dimanfaatkan oleh organisme perairan untuk respirasi dan penguraian zat-zat organik oleh mikroorganisme. Konsentrasi oksigen terlarut dlaam keadaan jenuh bervariasi tergantung dari suhu dan tekanan atmosfer.
Oksigen merupakan faktor pembatas dalam penentuan kehadiran makhluk hidup di dalam air. Kepekatan oksigen terlarut bergantung kepada :
a) Suhu.
b) Kehadiran tanaman fotosintesis.
c) Tingkat penetrasi cahaya bergantung kepada kedalaman dan kekeruhan air.
d) Tingkat kederasan aliran air.
e) Jumlah bahan organik yang diuraikan dalam air seperti sampah, ganggang mati atau limbah industri
Oksigen terlarut (Dissolved oxygen = DO) dibutuhkan oleh semua jasad hidup untuk pernapasan, proses metabolisme atau pertukaran zat yang kemudian menghasilkan energi untuk pertumbuhan dan pembiakan. Disamping itu, oksigen juga dibutuhkan untuk oksidasi bahan-bahan organik dan anorganik dalam proses aerobik. Sumber utama oksigen adalah suatu perairan berasal dari suatu proses difusi dari udara bebas dan hasil fotosintesis organisme yang hidup dalam perairan tersebut. Kecepatan difusi oksigen dari udara, tergantung sari beberapa faktor, seeprti kekeruhan air, suhu, salinitas, pergerakan massa air dan udara seperti arus, gelombang dan pasang surut. Bahwa kadar oksigen dalam air laut akan bertambah dengan semakin rendahnya suhu dan berkurang dengan semakin tingginya salinitas. Pada lapisan permukaan, kadar oksigen akan lebih tinggi, karena adanya proses difusi antara air dengan udara bebas serta adanya proses fotosintesis. Dengan bertambahnya kedalaman akan terjadi penurunan kadar oksigen terlarut, karena proses fotosintesis semakin berkurang dan kadar oksigen yang ada banyak digunakan untuk pernapasan dan oksidasi bahan-bahan organik dan anorganik.
Keperluan organisme terhadap oksigen relatif bervariasi tergantung pada jenis, stadium dan aktifitasnya. Kebutuhan oksigen untuk ikan dalam keadaan diam relatif lebih sedikit apabila dibandingkan dengan ikan pada saat bergerak atau memijah. Jenis-jenis ikan tertentu yang dapat menggunakan oksigen dari udara bebas, memiliki daya tahan yang lebih terhadap perairan yang kekurangan oksigen terlarut. Kandungan oksigen terlarut (DO) minimum adalah 2 ppm dalam keadaan normal dan tidak tercemar oleh senyawa beracun (toksik). Kandungan oksigen terlarut minimum ini sudah cukup mendukung kehidupan organisme. Idealnya, kandungan oksigen terlarut tidak boleh kurang dari 1,7 ppm selama waktu 8 jam dengan sedikitnya pada tingkat kejenuhan sebesar 70 persen (%)
KLH menetapkan bahwa kandungan oksigen terlarut adalah 5 ppm untuk kepentingan wisata bahari dan biota laut.
Oksigen memegang peranan penting sebagai indikator kualitas perairan, karena oksigen terlarut berperan dalam proses oksidasi dan reduksi bahan organik dan anorganik. Selain itu, oksigen juga menentukan khan biologis yang dilakukan oleh organisme aerobik atau anaerobik. Dalam kondisi aerobik, peranan oksigen adalah untuk mengoksidasi bahan organik dan anorganik dengan hasil akhirnya adalah nutiren yang pada akhirnya dapat memberikan kesuburan perairan. Dalam kimia menjadi lebih sederhana dalam bentuk nutrien dan gas. Disamping itu, oksigen juga sangat dibutuhkan oleh mikroorganisme untuk pernapasan. Organisme tertentu, seeprti mikroorganisme, sangat berperan dalam menguraikan senyawan kimia beracun menjadi senyawa lain yang lebih sederhana dan tidak beracun.
2.5 Pengaruh Arus Pada Penyu
Arus mempunyai pengaruh positip maupun negatip terhadap kehidupan biota perairan. Arus dapat mengakibatkan putusnya jaringan-jaringan jasad hidup yang tumbuh di daerah itu dan partikel-partikel dalam suspensi dapat menghasilkan pengikisan. Diperairan dengan dasar lumpur, arus dapat mengaduk endapan lumpur-lumpuran sehingga mengakibatkan bisa mengurangi penetrasi sinar matahari, dan karenanya mengurangi aktivitas fotosintesa. Manfaat dari arus bagi banyak biota adalah menyangkut penambahan makanan bagi biota-biota tersebut dan pembuangan kotoran-kotorannya dan untuk algae kekurangan zat-zat kimia dan CO2 dapat di penuhi. Sedangkan bagi penyu CO2 dan produk-produk sisa dapat disingkirkan dan O2 tetap tersedia. Arus juga memainkan peranan penting bagi penyebaran plankton, baik holoplankton maupun meroplankton. Terutama bagi golongan terakhir yang terdiri dari telur-telur dan burayak-burayak avertebrata dasar dan ikan-ikan
2.6 Pengaruh Pasang Surut Pada Penyu
Pasang surut laut merupakan hasil dari gaya tarik gravitasi dan efek sentrifugal. Efek sentrifugal adalah dorongan ke arah luar pusat rotasi. Gravitasi bervariasi secara langsung dengan massa tetapi berbanding terbalik terhadap jarak. Meskipun ukuran bulan lebih kecil dari matahari, gaya tarik gravitasi bulan dua kali lebih besar daripada gaya tarik matahari dalam membangkitkan pasang surut laut karena jarak bulan lebih dekat daripada jarak matahari ke bumi. Gaya tarik gravitasi menarik air laut ke arah bulan dan matahari dan menghasilkan dua tonjolan (bulge) pasang surut gravitasional di laut. Lintang dari tonjolan pasang surut ditentukan oleh deklinasi, sudut antara sumbu rotasi bumi dan bidang orbital bulan dan matahari.
Menurut tife pasang surut, pasang surut yang terjadi di wilayah kawasan cikepuh pantai ujung genteng adalah pasang surut semi diurnal yaitu bila dalam sehari terjadi dua kali pasang dan dua kali surut yang hampir sama tingginya. Hal ini berpengaruh pada saat induk penyu sedang bertelur di malam hari apabila terjadi pasang/ naiknya air laut ke permukaan daratan maka jarak tempuh penyu kedaratan semakin dekat dan juga telur yang sedang di keearmi bisa tergerus dan terendam, bahkan telur tersebut bisa terbawa ke pantai.
2.7 Pengaruh Abrasi Pada Penyu
Abrasi adalah suatu proses pengikisan pantai yang disebabkan oleh gerakan gelombang dan hempasan ombak. Ada beberapa faktor yang menyebabkan hal tersebut. Faktor alam misalnya karena adanya perubahan bentuk dan posisi muara sungai. Sedangkan aktifitas manusia juga dapat menyebabkan proses abrasi terjadi karena adanya keterkaitan ekosistem yang satu dengan yang lainnya seperti perubahan iklim.
Gelombang ombak sendiri terbagi menjadi dua, yaitu gelombang menyebar dan gelombang memusat. Gelombang yang paling berbahaya tentunya gelombang memusat yang langsung mengarah ke pantai. Jika karang pantai hilang maka gelombang akan menggerus pantai dan menyebabkan abrasi. Dampak yang diakibatkan oleh abrasi ini sangat besar, garis pantai akan semakin menyempit dan apabila tidak diatasi lama-kelamaan daerah-daerah yang permukaannya rendah akan tenggelam.
2.8 Pengaruh Sedimentasi Pada Penyu
Sedimentasi terutama terjadi di muara-muara sungai sedangkan abrasi terjadi di beberapa lokasi pantai yang tidak memiliki zona penyangga seperti area mangrove. Proses sedimentasi dan abrasi dipengaruhi pula oleh sistem arus laut.
Pantai berpasir dicirikan oleh ukuran butiran sedimen halus dan memiliki tingkat bahan organik yang tinggi, pantai ini pula banyak dipengaruhi oleh pasang surut yang mengaduk sedimen secara periodik. Interaksi organisme dengan sedimen dan pengaruh evaporasi perairan sangat tinggi di lingkungannya. Faktor fisik yang berperan penting mengatur kehidupan di pantai berpasir adalah gerakan ombak. Gerakan ombak ini mempengaruhi ukuran partikel dan pergerakan substrat di pantai. Jika gerakan ombak kecil, ukuran partikelnya kecil, tetapi jika gerakan ombak besar atau kuat, ukuran partikelnya akan menjadi kasar dan membentuk deposit kerikil.
Pengaruh ukuran partikel terhadap organisme yang hidup pada pantai tersebut adalah pada penyebaran dan kelimpahannya. Butiran pasir yang halus mempunyai retensi air yang mampu menampung lebih banyak air di atas dan memudahkan organisme untuk menggali. Gerakan ombak dapat pula mengakibatkan partikel-partikel pasir atau kerikil menjadi tidak stabil sehingga partikel-partikel substrat akan terangkut, teraduk, dan terdeposit kembali. Karena kondisi di lapisan permukaan sedimen yang terus menerus bergerak, maka hanya sedikit organisme yang mempunyai kemampuan untuk menetap secara permanen sehingga inilah yang menyebabkan pantai seperti terlihat tandus.
2.9 Pengaruh Eurotrofikasi Pada Penyu
Eutrofikasi, penyebab terbesar adalah sungai yang bermuara di laut, limbah yang terbawa salah satunya adalah bahan kimia yang digunakan sebagai pupuk dalam pertanian maupun limbah dari peternakan dan manusia. Salah satu yang paling sering ditemukan adalah detergen.
Eutrofikasi merupakan perairan menjadi terlalu subur sehingga terjadi ledakan jumlah alga dan fitoplankton yang saling berebut mendapat cahaya untuk fotosintesis. Karena terlalu banyak maka alga dan fitoplankton di bagian bawah akan mengalami kematian secara massal, serta terjadi kompetisi dalam mengkonsumsi O2 karena terlalu banyak organisme pada tempat tersebut.
10
Sisa respirasi menghasilkan banyak CO2 sehingga kondisi perairan menjadi anoxic dan menyebabkan kematian massal pada hewan-hewan (penyu) di perairan tersebut.
Salah satu aspek yang menjadi sasaran pengolahan terhadap limbah domestik adalah mengurangi konsentrasi senyawa-senyawa mineral yang terkandung didalamnya. Tanpa adanya usaha ini, kelebihan kadar senyawa mineral di perairan akan menyebabkan terjadinya proses eutrofikasi (penyuburan) pada perairan penerima limbah, yang pada gilirannya dapat memacu pertumbuhan organisme tertentu secara tidak terkendali dilingkungan perairan.
Selain hal itu, dampak lain yang dapat terjadi akibat proses eutrofikasi antara lain :
a) Blooming algae dan tidak terkontrolnya pertumbuhan tumbuhan akuatik lain
b) Terjadi kekeruhan perairan
c) Terjadi deplesi oksigen, terutama di lapisan yang lebih dalam dari danau atau waduk
d) Terjadi supersaturasi oksigen
e) Berkurangnya jumlah dan jenis spesies tumbuhan dan hewan
f) Berubahnya komposisi dari banyaknya spesies ikan menjadi sedikit spesies ikan
g) Berkurangnya hasil perikanan akibat deplesi oksigen yang signifikan d perairan
h) Produksi substansi beracun oleh beberapa spesies blue-green algae
i) Ikan yang ada di perairan menjadi berbau lumpur
j) Pengurangan nilai keindahan dari danau atau waduk karena berkurangnya kejernihan air
k) Menurunkan kualitas air sebagai sumber air minum dan MCK
2.10 Adaftasi Organisme Terhadap Faktor Oseonografi
Ekosistem pesisir dan laut merupakan ekosistem alamiah yang produktif, unik dan mempunyai nilai ekologis dan ekonomis yang tinggi. Selain menghasilkan bahan dasar untuk pemenuhan kebutuhan pangan, keperluan rumah tangga dan industri yang dalam konteks ekonomi bernilai komersial tinggi, ekosistem pesisir dan laut juga memiliki fungsi-fungsi ekologis penting, antara lain sebagai penyedia nutrien, sebagai tempat pemijahan, tempat pengasuhan dan tumbuh besar, serta tempat mencari makanan bagi beragam biota laut.
Di samping itu, ekosistem pesisir dan laut berperan pula sebagai pelindung pantai atau penahan abrasi bagi wilayah daratan yang berada di belakang ekosistem ini.
Ekosistem pesisir kawasan cikepuh pangumbahan pantai ujung genteng merupakan pantai berlumpur yang memiliki peran penting dalam kelangsungan hidup penyu di Indonesia Dari enam penyu yang ada di Indonesia salah satunya penyu hijau (Chelonia mydas) yang bertelur di pantai ujung genteng. Sifat fisik dari wilayah pantai selatan Jawa tentunya memiliki kontur yang curam, kondisi topografi berupa kombinasi antara dataran rendah (pantai), bukit dan pegunungan. Setelah penulis melakukan analisis dan pernah berkunjung ke Pantai Pangumbangan maka dapat dikatakan Pantai Pangumbahan termasuk jenis Pantai berpasir halus. Hal ini didasarkan pada pola hidup penyu yang hanya hidup dan mendarat di pantai yang berpasir halus kaya akan nutrient untuk tempat menetaskan telurnya.
Faktor lingkungan seperti suhu, kekeringan, serta gerakan ombak beraksi secara beragam pada tiap pasang surut. Kekeringan bukan merupakan masalah selama pasir pantai cukup halus sehingga dapat menahan air melalui kegiatan kapiler selama pasang turun. Pasir juga merupakan penyangga yang baik bagi perubahan suhu dan salinitas yang besar.
2.11 Kondisi Perairan Pantai Pangumbahan
Wilayah pesisir Kabupaten Sukabumi merupakan pantai berpasir yang tersusun oleh sedimen berukuran pasir halus sampai sangat kasar, berwarna putihkeabuan dan abu-abu kehitaman sampai hitam, pemilahan yang buruk dengan bentuk butir menyudut sampai membundar tanggung. Garis pantainya lurus, parasmuka pantai sempit berkisar 5 - 15 meter dengan kemiringan 5 - 100 meter. Dibelakang garis pantai berpasir umumnya memiliki morfologi yangterjal sebagai ciri khas pantai pegunungan dengan relief dari sangat kasar sampaihalus. Jenis pantai berpasir di jumpai di Pelabuhan Ratu dan Ujung Genteng.Pada umumnya pantai berpasir ini di jadikan sebagai objek wisata pantai seperti diPelabuhan Ratu, Ujung Genteng.Pantai bertebing merupakan jenis pantai agak mendominasi pantai selatan Jawa Barat yakni hampir 37,61 % dari total panjang pantai.
Hal ini disebabkan karena jenis pantai selatan merupakan mountaneous coast , bentukan dari prosesgeologi yang sedang dan telah terjadi. Jenis pantai ini tersusun oleh jenis batuan masif (batuan beku) dan sangat sulit dimanfaatkan untuk lahan apapun kecuali ditumbuhi oleh padang ilalang serta jenis tanaman keras seperti pohon ketapang.
Pantai dengan dasar terumbu karang atau pantai berterumbu bisa di temukan di wilayah Cikepuh Pangumbahan pantai ujung genteng. Pada umumnya jenis terumbu pada pantai berterumbu adalah jenis karang tepi (fringing reef) memanjang sepanjang garis pantai.
Kondisi kualitas air perairan laut di Kabupaten Sukabumi, tergolong bagus yang tercermin dari penampakan air yang bening dankecerahan (cahaya matahari yang dapat menembus perairan mencapai 67 meter), meskipun demikian dibeberapa muara sungai besar perairannya terlihat coklat terutama pada musim hujan.
Salinitas di perairan Pelabuhan Ratu berkisar antara 32,33 /oo-35,96 /oo dengan tingkat tertinggi terjadi pada bulanAgustus, September, dan Oktober dan terendah terjadi bulan Mei, Juni dan Juli. Kisaran suhu pada perairan Pelabuhan Ratu berkisar antara 27 - 30 celsius dan tinggi gelombang dapat berkisar antara13 meter (Pariwono et. al., 1988).
Selasa, 17 Januari 2012
CANDI BOROBUDUR adalah bangunan yang dibangun oleh TENTARA NABI SULAIMAN?
ang jelas Bani Israel itu masih keturunan Suku Jawa, buktinya ibukota Israel pake nama : Java Tel Aviv, Mahkota Rabbi Yahudi yang menjadi imam Sinagog pake gambar Rumah Joglo Jawa. Yang disebut Jawa adalah seluruh Etnik Nusantara yang dulunya penghuni Benua Atlantis sebelum dikirim banjir besar oleh Allah SWT, setelah banjir besar benua ini pecah menjadi 17.000 pulau yang sekarang disebut Indonesia, hanya beberapa etnik yang masih tersisa, selebihnya menjadi cikal bakal bangsa2 dunia antara lain bangsa India, Cina ( termasuk Jepang ), Eropa, Israel, Arab, dan Indian ( silahkan baca hasil penelitian Prof. Santos selama 30 tahun tentang Benua Atlantis terbitan Gramedia ). Dalam bahasa Jawi Kuno, arti jawa adalah moral atau akhlaq, maka dalam percakapan sehari-hari apabila dikatakan seseorang dikatakan : “ora jowo” berarti “tidak punya akhlaq atau tidak punya sopan santun”, sebutan jawa ini sejak dulunya dipakai untuk menyebut keseluruhan wilayah nusantara, penyebutan etnik2 sebagaimana berlaku saat ini adalah hasil taktik politik de vide et impera para penjajah. Sejak zaman Benua Atlantis, Jawa memang menjadi pusat peradaban karena dari bukti2 fosil manusia purba di seluruh dunia sebanyak 6 jenis fosil, 4 diantaranya ditemukan di Jawa. Menurut “mitologi jawa” yang telah menjadi cerita turun temurun, bahwa asal usul bangsa Jawa adalah keturunan BRAHMA DAN DEWI SARASWATI dimana salah satu keturunannya yang sangat terkenal dikalangan Guru Hindustan (India) dan Guru Budha (Cina) adalah Bethara Guru Janabadra yang mengajarkan “ILMU KEJAWEN”. Sejatinya “Ilmu Kejawen” adalah “Ilmu Akhlaq” yang diajarkan Nabi Ibrahim AS yang disebut dalam Alqur’an “Millatu Ibrahim” dan disempurnakan oleh Nabi Muhammad SAW dalam wujud Alqur’an dengan “BAHASA ASLI (ARAB)”, dengan pernyataannya “tidaklah aku diutus, kecuali menyempurnakan akhlaq”. Dalam buku kisah perjalanan Guru Hindustan di India maupun Guru Budha di Cina, mereka menyatakan sama2 belajar “Ilmu Kejawen” kepada Guru Janabadra dan mengembangkan “Ilmu Kejawen” ini dengan nama sesuai dengan asal mereka masing2, di India mereka namakan “Ajaran Hindu”, di Cina mereka namakan “Ajaran Budha”. Dalam sebuah riset terhadap kitab suci Hindu, Budha dan Alqur’an, ternyata tokoh BRAHMA sebenarnya adalah NABI IBRAHIM, sedang DEWI SARASWATI adalah DEWI SARAH yang menurunkan bangsa2 selain ARAB. Bukti lain bahwa Ajaran Budha berasal dari Jawa adalah adanya prasasti yang ditemukan di Candi2 Budha di Thailand maupun Kamboja yang menyatakan bahwa candi2 tsb dibangun dengan mendatangkan arsitek dan tukang2 dari Jawa, karena memang waktu itu orang Jawa dikenal sebagai bangsa tukang yang telah berhasil membangun “CANDI BOROBUDUR” sebagai salah satu keajaiban dunia. Ternyata berdasarkan hasil riset Lembaga Studi Islam dan Kepurbakalaan yang dipimpin oleh KH. Fahmi Basya, dosen Matematika Islam UIN Syarif Hidayatullah, bahwa sebenarnya “CANDI BOROBUDUR” adalah bangunan yang dibangun oleh “TENTARA NABI SULAIMAN” termasuk didalamnya dari kalangan bangsa Jin dan Setan yang disebut dalam Alqur’an sebagai “ARSY RATU SABA”, sejatinya PRINCE OF SABA atau “RATU BALQIS” adalah “RATU BOKO” yang sangat terkenal dikalangan masyarakat Jawa, sementara patung2 di Candi Borobudur yang selama ini dikenal sebagai patung Budha, sejatinya adalah patung model bidadara dalam sorga yang menjadikan Nabi Sulaiman sebagai model dan berambut keriting. Dalam literatur Bani Israel dan Barat, bangsa Yahudi dikenal sebagai bangsa tukang dan berambut keriting, tetapi faktanya justru Suku Jawa yang menjadi bangsa tukang dan berambut keriting ( perhatikan patung Nabi Sulaiman di Candi Borobudur ). Hasil riset tsb juga menyimpulkan bahwa “SUKU JAWA” disebut juga sebagai “BANI LUKMAN” karena menurut karakternya suku tsb sesuai dengan ajaran2 LUKMANUL HAKIM sebagaimana tertera dalam Alqur’an.Perlu diketahui bahwa satu2nya nabi yang termaktub dalam Alqur’an, yang menggunakan nama depan SU hanya Nabi Sulaiman dan negeri yang beliau wariskan ternyata diperintah oleh keturunannya yang juga bernama depan SU dan meninggalkan negeri bernama SLEMAN di Jawa Tengah. Nabi Sulaiman mewarisi kerajaan dari Nabi Daud yang dikatakan didalam Alqur’an dijadikan Khalifah di Bumi ( menjadi Penguasa Dunia dengan Benua Atlantis sebagai Pusat Peradabannya), Nabi Daud juga dikatakan raja yang mampu menaklukkan besi (membuat senjata dan gamelan dengan tangan, beliau juga bersuara merdu)dan juga menaklukkan gunung hingga dikenal sebagai Raja Gunung. Di Nusantara ini yang dikenal sebagai Raja Gunung adalah “SYAILENDRA” ( Syailendra menurut Dr. Daoed Yoesoef berasal dari kata saila dan indra, SAILA = RAJA dan INDRA = GUNUNG).
Sudah menjadi keniscayaan sejarah, bahwa kemenangan Islam tahap pertama waktu “FUTTUL MAKKAH” dimana Nabi Besar Muhammad SAW. bersama orang2 beriman dengan konsisten melaksanakan perintah shalat sebagai kunci kemenangan dengan kondisi susah air, lalu Allah memberinya “SUMUR ZAM ZAM” yang penuh berkah, maka “FUTTUL MAKKAH KEDUA” akan t
Rincian tambahan
Sudah menjadi keniscayaan sejarah, bahwa kemenangan Islam tahap pertama waktu “FUTTUL MAKKAH” dimana Nabi Besar Muhammad SAW. bersama orang2 beriman dengan konsisten melaksanakan perintah shalat sebagai kunci kemenangan dengan kondisi susah air, lalu Allah memberinya “SUMUR ZAM ZAM” yang penuh berkah, maka “FUTTUL MAKKAH KEDUA” akan terjadi melalui Indonesia, negeri yang penuh berkah dengan persediaan air tak terbatas ( zam zam di luar Makkah ). Dari Indonesialah pada suatu masa nanti akan bersatu sebuah kekuatan besar yang diinspirasi dari kekuatan spiritual Ibrahim, Daud, Sulaiman dan Muhammad SAW yang akan memenangkan Islam atas Zionis Israel dan para pendukungnya.
Sungguh tidak banyak yang mengetahui bahwa simbul-simbul Islam banyak ditemukan di Borobudur. Karena sudah sejak lama, borobudur menjadi klaim hindu/budha. Ekspedisi Melintas Dua Shubuh bersama KH Fahmi Basya sungguh menakjubkan. Hasil penelitian beliau telah menemukan adanya indikator-indikator bahwa kisah Nabi Sulaiman dan ratu Saba ada di Borobudur dan Ratu Boko. Sleman berasal dari Sulaiman. Wonosobo berasal dari Hutan (ratu) Shaba. Lihat pula relief-relief di sekitarBorobudur, disana sarat dengan cerita-cerita Nabi Sulaiman seperti burung Hud-hud, Tabut dan lain-lain. Allahu A'lam
SUNDA LAND Menjawab Misteri Benua Atlantis Yang Hilang
Menyingkap Kontroversi Terbesar Sejarah Awal Peradaban Manusia
Atlantis City
(theunexplainedmysteries.com)
Kontroversi terbesar sepanjang sejarah peradaban manusia, tampaknya kini mulai terungkap. Benua Atlantis seperti disebutkan Plato, Filosof Yunani, dalam bukunya Timaeus dan Critias sekitar 2500 tahun silam, dari sudut pandang geologi dan spekulasi ilmiah dewasa ini, sangat mungkin adalah Sunda Land, yang sekarang kita kenal dengan Indonesia Barat (Jawa, Sumatera dan Kalimantan) hingga semenanjung Malaysia dan Thailand.
Benua Atlantis disebut sebagai awal peradaban manusia. Penduduknya memiliki kebudayaan tinggi dan bangsa superior. Namun benua itu telah tenggelam selama ribuan tahun karena berbagai bencana alam. Yang menarik, hingga kini tidak diketahui dengan pasti dimana sebenarnya letak benua Atlantis itu? Dari sudut pandang geologis, ternyata sangat mungkin letak Atlantis justru di tataran Sunda....!
Oki Oktariadi, peserta program Doktor Pengembangan Kewilayahan di Universitas Padjadjaran (UNPAD) Bandung, Jawa Barat, belum lama ini mengungkapkan hasil studi yang menarik mengenai kontroversi misteri benua yang hilang itu.
”Peradaban Atlantis yang hilang” hingga kini barangkali hanyalah sebuah mitos mengingat belum ditemukannya bukti-bukti yang kuat tentang keberadaannya. Mitos itu pertama kali dicetuskan oleh seorang ahli filsafat terkenal dari Yunani, Plato (427 - 347 SM), dalam bukunya ”Critias dan Timaeus”. Disebutkan oleh Plato bahwa terdapat awal peradaban yang disebut Benua Atlantis; para penduduknya dianggap sebagai dewa, makhluk luar angkasa, atau bangsa superior; benua itu kemudian hilang, tenggelam secara perlahan-lahan karena serangkaian bencana, termasuk gempa bumi. Namun dari sudut pandang geologi masa kini, Atlantis itu sangat mungkin adalah Sunda Land.
Plato (topsecretwriters.com)
Selama lebih dari 2000 tahun, Atlantis yang hilang telah menjadi dongeng. Tetapi sejak abad pertengahan (mid century), kisah Atlantis menjadi populer di dunia Barat. Banyak ilmuwan Barat secara diam-diam meyakini kemungkinan keberadaannya. Di antara para ilmuwan itu banyak yang menganggap bahwa Atlantis terletak di Samudra Atlantis, bahkan ada yang menganggap Atlantis terletak di Benua Amerika sampai Timur Tengah. Penelitian pun dilakukan di wilayah-wilayah tersebut. Akan tetapi, kebanyakan peneliti itu tidak memberikan bukti atau telaah yang cukup. Sebagian besar dari mereka hanya mengira-ngira.
Hanya beberapa tempat di bumi yang keadaannya memiliki persayaratan untuk dapat diduga sebagai Atlantis sebagaimana dilukiskan oleh Plato lebih dari 20 abad yang lalu. Akan tetapi Samudera Atlantik tidak termasuk wilayah yang memenuhi persyaratan itu. Para peneliti masa kini malahan menunjuk Sundaland (Indonesia bagian barat hingga ke semenanjung Malaysia dan Thailand) sebagai Benua Atlantis yang hilang dan merupakan awal peradaban manusia.
Fenomen Atlantis dan awal peradaban selalu merupakan impian para peneliti di dunia untuk membuktikan dan menjadikannya penemuan ilmiah sepanjang masa. Apakah pandangan geologi memberi petunjuk yang kuat terhadap kemungkinan ditemukannya Atlantis yang hilang itu? Apabila jawabannya negatif, apakah peluang yang dapat ditangkap dari perdebatan ada tidaknya Atlantis dan kemungkinan lokasinya di wilayah Indonesia?
Hampir semua tulisan tentang sejarah peradaban menempatkan Asia Tenggara sebagai kawasan ‘pinggiran’. Kawasan yang kebudayaannya dapat subur berkembang hanya karena imbas migrasi manusia atau riak-riak difusi budaya dari pusat-pusat peradaban lain, baik yang berpusat di Mesir, Cina, maupun India. Pemahaman tersebut mengacu pada teori yang dianut saat ini yang mengemukakan bahwa pada Jaman Es paling akhir yang dialami bumi terjadi sekitar 10.000 sampai 8.000 tahun yang lalu mempengaruhi migrasi spesies manusia.
Jaman Es terakhir ini dikenal dengan nama periode Younger Dryas. Pada saat ini, manusia telah menyebar ke berbagai penjuru bumi berkat ditemukannya cara membuat api 12.000 tahun yang lalu. Dalam kurun empat ribu tahun itu, manusia telah bergerak dari kampung halamannya di padang rumput Afrika Timur ke utara, menyusuri padang rumput purba yang kini dikenal sebagai Afrasia.
Padang rumput purba ini membentang dari pegunungan Kenya di selatan, menyusuri Arabia, dan berakhir di pegunungan Ural di utara. Jaman Es tidak mempengaruhi mereka karena kebekuan itu hanya terjadi di bagian paling utara bumi sehingga iklim di daerah tropik-subtropik justru menjadi sangat nyaman. Adanya api membuat banyak masyarakat manusia betah berada di padang rumput Afrasia ini. Maka, ketika para ilmuwan barat berspekulasi tentang keberadaan benua Atlantis yang hilang, mereka mengasumsikan bahwa lokasinya terdapat di belahan bumi Barat, di sekitar laut Atlantik, atau paling jauh di sekitar Timur Tengah sekarang.
Penelitian untuk menemukan sisa Atlantis pun banyak dilakukan di kawasan-kawasan tersebut. Namun di akhir dasawarsa 1990, kontroversi tentang letak Atlantis yang hilang mulai muncul berkaitan dengan pendapat dua orang peneliti, yaitu: Oppenheimer (1999) dan Santos (2005).
Kontroversi Dan Rekonstruksi Oppenheimer
Kontroversi tentang sumber peradaban dunia muncul sejak diterbitkannya buku Eden The East (1999) oleh Oppenheimer, Dokter ahli genetic yang banyak mempelajari sejarah peradaban. Ia berpendapat bahwa Paparan Sunda (Sundaland) adalah merupakan cikal bakal peradaban kuno atau dalam bahasa agama sebagai Taman Eden. Istilah ini diserap dari kata dalam bahasa Ibrani Gan Eden. Dalam bahasa Indonesia disebut Firdaus yang diserap dari kata Persia "Pairidaeza" yang arti sebenarnya adalah Taman.
Menurut Oppenheimer, munculnya peradaban di Mesopotamia, Lembah Sungai Indus, dan Cina justru dipicu oleh kedatangan para migran dari Asia Tenggara. Landasan argumennya adalah etnografi, arkeologi, osenografi, mitologi, analisa DNA, dan linguistik. Ia mengemukakan bahwa di wilayah Sundaland sudah ada peradaban yang menjadi leluhur peradaban Timur Tengah 6.000 tahun silam. Suatu ketika datang banjir besar yang menyebabkan penduduk Sundaland berimigrasi ke barat yaitu ke Asia, Jepang, serta Pasifik. Mereka adalah leluhur Austronesia.
Rekonstruksi Oppenheimer diawali dari saat berakhirnya puncak Jaman Es (Last Glacial Maximum) sekitar 20.000 tahun yang lalu. Ketika itu, muka air laut masih sekitar 150 m di bawah muka air laut sekarang.
Kepulauan Indonesia bagian barat masih bergabung dengan benua Asia menjadi dataran luas yang dikenal sebagai Sundaland. Namun, ketika bumi memanas, timbunan es yang ada di kutub meleleh dan mengakibatkan banjir besar yang melanda dataran rendah di berbagai penjuru dunia.
Data geologi dan oseanografi mencatat setidaknya ada tiga banjir besar yang terjadi yaitu pada sekitar 14.000, 11.000, dan 8,000 tahun yang lalu. Banjir besar yang terakhir bahkan menaikkan muka air laut hingga 5-10 meter lebih tinggi dari yang sekarang. Wilayah yang paling parah dilanda banjir adalah Paparan Sunda dan pantai Cina Selatan. Sundaland malah menjadi pulau-pulau yang terpisah, antara lain Kalimantan, Jawa, Bali, dan Sumatera.
Padahal, waktu itu kawasan ini sudah cukup padat dihuni manusia prasejarah yang hidup sebagai petani dan nelayan. Bagi Oppenheimer, kisah ‘Banjir Nuh’ atau ‘Benua Atlantis yang hilang’ tidak lain adalah rekaman budaya yang mengabadikan fenomena alam dahsyat ini. Di kawasan Asia Tenggara, kisah atau legenda seperti ini juga masih tersebar luas di antara masyarakat tradisional, namun belum ada yang meneliti keterkaitan legenda dengan fenomena Taman Eden.
Benua Atlantis Menurut ARYSIO SANTOS
Kontroversi dari Oppenheimer seolah dikuatkan oleh pendapat Arysio Santos. Profesor asal Brazil ini menegaskan bahwa Atlantis yang hilang sebagaimana cerita Plato itu adalah wilayah yang sekarang disebut Indonesia. Pendapat itu muncul setelah ia melakukan penelitian selama 30 tahun yang menghasilkan buku Atlantis, The Lost Continent Finally Found, The Definitifve Localization of Plato’s Lost Civilization (2005). Santos dalam bukunya tersebut menampilkan 33 perbandingan, seperti luas wilayah, cuaca, kekayaan alam, gunung berapi, dan cara bertani, yang akhirnya menyimpulkan bahwa Atlantis itu adalah Sundaland (Indonesia bagian Barat).
Santos menetapkan bahwa pada masa lalu Atlantis merupakan benua yang membentang dari bagian selatan India, Sri Langka, dan Indonesia bagian Barat meliputi Sumatra, Kalimantan, Jawa dan terus ke arah timur. Wilayah Indonesia bagian barat sekarang sebagai pusatnya. Di wilayah itu terdapat puluhan gunung berapi aktif dan dikelilingi oleh samudera yang menyatu bernama Orientale, terdiri dari Samudera Hindia dan samudera Pasifik.
Temple of Poseidon in Atlantis,
The Lost City (bukisa.com)
Argumen Santos tersebut didukung banyak arkeolog Amerika Serikat bahkan mereka meyakini bahwa benua Atlantis adalah sebuah pulau besar bernama Sundaland, suatu wilayah yang kini ditempati Sumatra, Jawa dan Kalimantan. Sekitar 11.600 tahun silam, benua itu tenggelam diterjang banjir besar seiring berakhirnya zaman es.
Wilayah Sundaland (Indonesia bagian Barat dalam buku Santos (2005) Menurut Plato, Atlantis merupakan benua yang hilang akibat letusan gunung berapi yang secara bersamaan meletus dan mencairnya Lapisan Es yang pada masa itu sebagian besar benua masih diliputi oleh Lapisan-lapisan Es. Maka sebagian benua tersebut tenggelam.
Santos berpendapat bahwa meletusnya berpuluh-puluh gunung berapi secara bersamaan tergambarkan pada wilayah Indonesia (dulu). Letusan gunung api yang dimaksud di antaranya letusan gunung Meru di India Selatan, letusan gunung berapi di Sumatera yang membentuk Danau Toba, dan letusan gunung Semeru/Mahameru di Jawa Timur. Letusan yang paling dahsyat di kemudian hari adalah letusan Gunung Tambora di Sumbawa yang memecah bagian-bagian pulau di Nusa Tenggara dan Gunung Krakatau (Krakatoa) yang memecah bagian Sumatera dan Jawa membentuk Selat Sunda (Catatan : tulisan Santos ini perlu diklarifikasi dan untuk sementara dikutip di sini sebagai apa yang diketahui Santos).
atlantis rings (watch.pair.com)
Berbeda dengan Plato, Santos tidak setuju mengenai lokasi Atlantis yang dianggap terletak di lautan Atlantik. Ilmuwan Brazil itu berargumentasi, bahwa letusan berbagai gunung berapi menyebabkan lapisan es mencair dan mengalir ke samudera sehingga luasnya bertambah. Air dan lumpur berasal dari abu gunung berapi tersebut membebani samudera dan dasarnya sehingga mengakibatkan tekanan luar biasa kepada kulit bumi di dasar samudera, terutama pada pantai benua. Tekanan ini mengakibatkan gempa. Gempa ini diperkuat lagi oleh gunung-gunung yang meletus kemudian secara beruntun dan menimbulkan gelombang tsunami yang dahsyat. Santos menamakannya Heinrich Events. Catatan : pernyataan Santos ini disajikan seperti apa adanya dan tidak merupakan pendapat penulis.
Namun, ada beberapa keadaan masa kini yang antara Plato dan Santos sependapat yakni pertama, bahwa lokasi benua yang tenggelam itu adalah Atlantis dan oleh Santos dipastikan sebagai wilayah Republik Indonesia. Kedua, jumlah atau panjangnya mata rantai gunung berapi di Indonesia, diantaranya ialah: Kerinci, Talang, Krakatoa, Malabar, Galunggung, Pangrango, Merapi, Merbabu, Semeru, Bromo, Agung, Rinjani. Sebagian dari gunung itu telah atau sedang aktif kembali.
Dalam usaha mengemukakan pendapat, tampak Plato telah melakukan dua kekhilafan, pertama mengenai bentuk/posisi bumi yang katanya datar. Kedua, mengenai letak benua Atlantis yang katanya berada di Samudera Atlantik yang ditentang oleh Santos. Penelitian oleh para ahli Amerika Serikat di wilayah Atlantik terbukti tidak berhasil menemukan bekas-bekas benua yang hilang itu. Oleh karena itu tidaklah semena-mena ada peribahasa yang berkata, “Amicus Plato, sed magis amica veritas.” Artinya,”Saya senang kepada Plato tetapi saya lebih senang kepada kebenaran.” Atlantis memang misterius, dan karenanya menjadi salah satu tujuan utama arkeologi di dunia. Jika Atlantis ditemukan, maka penemuan tersebut bisa jadi akan menjadi salah satu penemuan terbesar sepanjang masa.
Pandangan Geologi
Pendekatan ilmu geologi untuk mengungkap fenomena hilangnya Benua Atlantis dan awal peradaban kuno, dapat ditinjau dari dua sudut pandang yaitu pendekatan tektonik lempeng dan kejadian zaman es. Wilayah Indonesia dihasilkan oleh evolusi dan pemusatan lempeng continental Eurasia, lempeng lautan Pasifik, dan lempeng Australia Lautan Hindia (Hamilton, 1979). umumnya disepakati bahwa pengaturan fisiografi kepulauan Indonesia dikuasai oleh daerah paparan kontinen, letak daerah Sundaland di barat, daerah paparan Sahul atau Arafura di timur. Intervensi area meliputi suatu daerah kompleks secara geologi dari busur kepulauan, dan cekungan laut dalam (van Bemmelen, 1949).
Kedua area paparan memberikan beberapa persamaan dari inti-inti kontinen yang stabil ke separuh barat dan timur kepulauan. Area paparan Sunda menunjukkan perkembangan bagian tenggara di bawah permukaan air dari lempeng kontinen Eurasia dan terdiri dari Semenanjung Malaya, hampir seluruh Sumatra, Jawa dan Kalimantan, Laut Jawa dan bagian selatan Laut China Selatan.
Tatanan tektonik Indonesia bagian Barat merupakan bagian dari sistem kepulauan vulkanik akibat interaksi penyusupan Lempeng Hindia- Australia di Selatan Indonesia. Interaksi lempeng yang berupa jalur tumbukan (subduction zone) tersebut memanjang mulai dari kepulauan Tanimbar sebelah barat Sumatera, Jawa sampai ke kepulauan Nusa Tenggara di sebelah Timur. Hasilnya adalah terbentuknya busur gunung api (magmatic arc).
(atlan.org)
Rekontruksi tektonik lempeng tersebut akhirnya dapat menerangkan pelbagai gejala geologi dan memahami pendapat Santos, yang meyakini Wilayah Indonesia memiliki korelasi dengan anggapan Plato yang menyatakan bahwa tembok Atlantis terbungkus emas, perak, perunggu, timah dan tembaga, seperti terdapatnya mineral berharga tersebut pada jalur magmatik di Indonesia. Hingga saat ini, hanya beberapa tempat di dunia yang merupakan produsen timah utama. Salah satunya disebut Kepulauan Timah dan Logam, bernama Tashish, Tartessos dan nama lain yang menurut Santos (2005) tidak lain adalah Indonesia. Jika Plato benar, maka Atlantis sesungguhnya adalah Indonesia.
Selain menunjukan kekayaan sumberdaya mineral, fenomena tektonik lempeng tersebut menyebabkan munculnya titik-titik pusat gempa, barisan gunung api aktif (bagian dari Ring of Fire dunia), dan banyaknya komplek patahan (sesar) besar, tersebar di Sumatera, Jawa, Nusa Tenggara dan Indonesia bagian timur. Pemunculan gunung api aktif, titik-titik gempa bumi dan kompleks patahan yang begitu besar, seperti sesar Semangko (Great Semangko Fault membujur dari Aceh sampai teluk Semangko di Lampung) memperlihatkan tingkat kerawanan yang begitu besar.
Menurut Kertapati (2006), karakteristik gempa bumi di daerah Busur Sunda pada umumnya diikuti tsunami. Para peneliti masa kini terutama Santos (2005) dan sebagian peneliti Amerika Serikat memiliki keyakinan bahwa gejala kerawanan bencana geologi wilayah Indonesia adalah sesuai dengan anggapan Plato yang menyatakan bahwa Benua Atlantis telah hilang akibat letusan gunung berapi yang bersamaan.
atlantis-indonesia map
(ahmadsamanto.wordpress.com)
Pendekatan lain akan keberadaan Benua Atlantis dan awal peradaban manusia (hancurnya Taman Eden) adalah kejadian Zaman Es. Pada zaman Es suhu atau iklim bumi turun dahsyat dan menyebabkan peningkatan pembentukan es di kutub dan gletser gunung. Secara geologis, Zaman Es sering digunakan untuk merujuk kepada waktu lapisan Es di belahan bumi utara dan selatan; dengan definisi ini kita masih dalam Zaman Es. Secara awam untuk waktu 4 juta tahun ke belakang, definisi Zaman Es digunakan untuk merujuk kepada waktu yang lebih dingin dengan tutupan Es yang luas di seluruh benua Amerika Utara dan Eropa.
Penyebab terjadinya Zaman Es antara lain adalah terjadinya proses pendinginan aerosol yang sering menimpa planet bumi. Dampak ikutan dari peristiwa Zaman Es adalah penurunan muka laut. Letusan gunung api dapat menerangkan berakhirnya Zaman Es pada skala kecil dan teori kepunahan Dinosaurus dapat menerangkan akhir Zaman Es pada skala besar.
Dari sudut pandang di atas, Zaman Es terakhir dimulai sekitar 20.000 tahun yang lalu dan berakhir kira-kira 10.000 tahun lalu atau pada awal kala Holocene (akhir Pleistocene). Proses pelelehan Es di zaman ini berlangsung relatif lama dan beberapa ahli membuktikan proses ini berakhir sekitar 6.000 tahun yang lalu.
Pada Zaman Es, pemukaan air laut jauh lebih rendah daripada sekarang, karena banyak air yang tersedot karena membeku di daerah kutub. Kala itu Laut China Selatan kering, sehingga kepulauan Nusantara barat tergabung dengan daratan Asia Tenggara.
Sementara itu pulau Papua juga tergabung dengan benua Australia. Ketika terjadi peristiwa pelelehan Es tersebut maka terjadi penenggelaman daratan yang luas. Oleh karena itu gelombang migrasi manusia dari/ke Nusantara mulai terjadi. Walaupun belum ditemukan situs pemukiman purba, sejumlah titik diperkirakan sempat menjadi tempat tinggal manusia purba Indonesia sebelum mulai menyeberang selat sempit menuju lokasi berikutnya (Hantoro, 2001).
Tempat-tempat itu dapat dianggap sebagai awal pemukiman pantai di Indonesia. Seiring naiknya paras muka laut, yang mencapai puncaknya pada zaman Holosen 6.000 tahun dengan kondisi muka laut 3 m lebih tinggi dari muka laut sekarang, lokasi-lokasi tersebut juga bergeser ke tempat yang lebih tinggi masuk ke hulu sungai.
taman Eden
(webber-scream.blogspot.com)
Berkembangnya budaya manusia, pola berpindah, berburu dan meramu (hasil) hutan lambat laun berubah menjadi penetap, beternak dan berladang serta menyimpan dan bertukar hasil dengan kelompok lain. Kemampuan berlayar dan menguasai navigasi samudera yang sudah lebih baik, memungkinkan beberapa suku bangsa Indonesia mampu menyeberangi Samudra Hindia ke Afrika dengan memanfaatkan pengetahuan cuaca dan astronomi. Dengan kondisi tersebut tidak berlebihan Oppenheimer beranggapan bahwa Taman Eden berada di wilayah Sundaland.
Taman Eden hancur akibat air bah yang memporak-porandakan dan mengubur sebagian besar hutan-hutan maupun taman-taman sebelumnya. Bahkan sebagian besar dari permukaan bumi ini telah tenggelam dan berada dibawah permukaan laut, Jadi pendapat Oppenheimer memiliki kemiripan dengan akhir Zaman Es yang menenggelamkan sebagian daratan Sundaland.
Langganan:
Postingan (Atom)